JAKARTA | Priangan.com – Prabowo Subianto, presiden terpilih Indonesia, kini berada di puncak kekuatan politik setelah berhasil mengamankan mayoritas parlemen pada Jumat (16/8).
Perubahan besar ini terjadi setelah Partai NasDem, yang sebelumnya mendukung lawan Prabowo, secara mengejutkan mengumumkan bergabung dengan koalisi besar yang dipimpin oleh mantan panglima tersebut.
Dengan tambahan 10% kursi dari NasDem, Prabowo kini menguasai 52% parlemen, naik signifikan dari sebelumnya 43%. Langkah ini tidak hanya memperkuat posisinya di parlemen, tetapi juga dipandang sebagai strategi penting dalam memperlancar agenda pemerintahan barunya, termasuk persetujuan anggaran tahun 2025 yang segera diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Koalisi Prabowo yang kini terdiri dari lima partai politik, termasuk NasDem, mencerminkan pergeseran aliansi yang mengejutkan. Ketua Umum NasDem, Surya Paloh, menegaskan bahwa keputusan ini diambil demi menciptakan suasana politik yang lebih stabil dan harmonis.
“Kita sepakat untuk bekerja sama dan berkolaborasi menghadapi tantangan masa depan,” ujar Prabowo sesuai bertemu Paloh, menekankan pentingnya persatuan di tengah dinamika politik yang ada.
Selain itu, Prabowo juga sedang bernegosiasi dengan partai Islam terbesar di Indonesia yang memiliki 10% kursi di parlemen. Jika berhasil, hal ini akan semakin memperkokoh kendalinya atas parlemen dan memperkuat stabilitas pemerintahan yang akan dipimpinnya bersama wakil presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, putra tertua Jokowi.
Sebelum bergabung dengan koalisi Prabowo, NasDem dikenal sebagai pendukung setia Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta yang selama ini menjadi oposisi keras pemerintah.
Namun, kekalahan Anies dalam pemilihan presiden memaksa NasDem untuk merevisi strategi politik mereka. Tidak hanya itu, NasDem juga menarik dukungan terhadap pencalonan Anies sebagai gubernur Jakarta pada pemilihan mendatang, membuka peluang bagi kandidat baru, termasuk Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi, yang disebut-sebut sebagai calon kuat.
Di tengah perubahan besar ini, Anies tetap optimistis dan percaya diri bahwa ia akan mendapatkan dukungan politik yang cukup untuk maju sebagai calon gubernur Jakarta. Namun, tantangan yang dihadapinya semakin besar, terutama dengan dinamika politik yang semakin rumit.
Sementara itu, panggung politik nasional semakin memanas dengan pengunduran diri Airlangga Hartarto sebagai ketua Partai Golkar, partai politik terbesar kedua di Indonesia yang juga bagian dari kubu Prabowo.
Pengunduran diri ini menimbulkan spekulasi tentang arah Golkar di masa depan dan apakah Jokowi masih dapat mempertahankan pengaruhnya setelah masa jabatannya berakhir.
Dengan berbagai perkembangan ini, pemerintahan Prabowo dihadapkan pada tantangan besar, tetapi juga peluang untuk membawa Indonesia menuju stabilitas dan kemajuan yang lebih baik. (mth)