NORWEGIA | Priangan.com – Pada 2 Oktober 1263, pantai Firth of Clyde di dekat desa Largs, North Ayrshire, menjadi saksi peristiwa penting yang dikenang sebagai Pertempuran Largs. Kejadian ini mempertemukan pasukan Norwegia di bawah pimpinan Raja Håkon IV dengan pasukan Skotlandia yang berada dalam komando otoritas Raja Alexander III. Kedua kekuatan terlibat dalam sengketa panjang mengenai kepemilikan Kepulauan Barat atau Hebrides, kawasan strategis yang sejak lama berada dalam bayang-bayang pengaruh Norwegia namun mulai diperebutkan Skotlandia.
Armada besar Norwegia yang berangkat dari Bergen semula berlayar untuk menunjukkan kekuatan dan mempertahankan klaim atas pulau-pulau tersebut. Namun, cuaca musim gugur yang keras memukul mundur rencana besar itu. Badai hebat memaksa sejumlah kapal Norwegia kandas di pesisir Largs, sehingga pasukan yang diturunkan untuk mengamankan perlengkapan dan kapal terjebak dalam kontak langsung dengan pasukan Skotlandia. Pertempuran pun tak terelakkan.
Pertempuran ini berlangsung sengit. Meski tidak menghasilkan kemenangan telak di lapangan, Skotlandia berhasil menahan ancaman dan mendorong Norwegia kembali ke lautan. Armada Norwegia kemudian gagal melanjutkan kampanye, sementara Raja Håkon jatuh sakit dan wafat beberapa bulan setelah pertempuran dalam perjalanan pulang di Orkney. Kegagalan ini membuka jalan bagi negosiasi diplomatik yang berujung pada Perjanjian Perth tahun 1266.
Melalui perjanjian tersebut, Norwegia resmi menyerahkan kendali atas Hebrides dan Pulau Man kepada Skotlandia. Sejak saat itu, pengaruh Norwegia di pantai barat Skotlandia berakhir, sementara Alexander III memperkuat posisinya sebagai penguasa yang mampu mempersatukan wilayah daratan dan kepulauan. Pertempuran Largs pun dikenang sebagai masa titik balik yang mengubah keseimbangan politik di kawasan Atlantik Utara. (wrd)