KROASIA | Priangan.com – Selasa, 1 Oktober 1991, Kota Dubrovnik di Kroasia menjadi sasaran serangan militer dalam rangkaian Perang Kemerdekaan Kroasia. Tentara Rakyat Yugoslavia, dengan dukungan pasukan Montenegro dan kelompok pro-Yugoslavia lainnya, kala itu mengepung kota tersebut melalui darat, laut, dan udara.
Blokade ketat membuat warga sipil hidup dalam keterbatasan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar. Artileri berat menghujani kawasan perkotaan, termasuk Kota Tua yang telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia UNESCO.
Puncak serangan terjadi pada 6 Desember 1991, ketika ratusan peluru artileri menghantam jantung Kota Tua. Bangunan bersejarah, gereja, dan benteng berusia ratusan tahun rusak parah akibat gempuran. Ribuan penduduk terpaksa mengungsi, sementara mereka yang bertahan menghadapi kondisi tanpa listrik, air bersih, serta ancaman serangan berkelanjutan.
Secara militer, pengepungan ini dilakukan untuk merebut kendali atas jalur strategis di pesisir selatan Kroasia. Bagi Kroasia yang baru memproklamasikan kemerdekaannya, Dubrovnik menjadi simbol ketahanan nasional. Pasukan pertahanan yang jumlahnya jauh lebih kecil berusaha menahan serangan hingga akhirnya pada Mei 1992 mereka berhasil memutus pengepungan dan merebut kembali wilayah sekitar.
Peristiwa ini menimbulkan kecaman internasional yang luas. Dunia memandang penyerangan terhadap kota bersejarah itu sebagai pelanggaran hukum perang, terutama karena menyasar kawasan sipil dan situs budaya. Dampak diplomatiknya memperburuk posisi Serbia dan Montenegro di mata global, sekaligus mempercepat pengakuan internasional terhadap Kroasia sebagai negara merdeka.
Meski perang meninggalkan kehancuran besar, Dubrovnik perlahan bangkit. Restorasi bangunan bersejarah dilakukan di bawah pengawasan UNESCO. Hingga kini, luka itu masih diingat dan menjadi sejarah bahwa “Mutiara Adriatik” itu pernah menjadi saksi keganasan perang di Eropa modern. (wrd)