BENNINGTON | Priangan.com – Pertempuran Bennington adalah satu dari sekian banyaknya peristiwa penting dalam sejarah Revolusi Amerika yang berdampak besar terhadap jalannya perang. Pada 16 Agustus 1777, bentrokan antara pasukan milisi Amerika dan pasukan gabungan Inggris, Jerman, serta Loyalis terjadi di wilayah yang kini dikenal sebagai Walloomsac, New York, tidak jauh dari Bennington, Vermont. Pertempuran ini berawal dari kebutuhan logistik yang mendesak di pihak Inggris.
Setelah berhasil merebut Benteng Ticonderoga pada Juli tahun yang sama, Jenderal John Burgoyne memimpin pasukan Inggris bergerak ke arah selatan menuju Albany. Namun, jalur pasokan mereka ke Kanada terlalu panjang dan tidak mencukupi untuk mendukung operasi lebih lanjut.
Sebagai upaya mengatasi persoalan logistik sekaligus untuk mengguncang wilayah New England, Jenderal Burgoyne akhirnya mengirim pasukan di bawah komando Kolonel Friedrich Baum menuju Bennington. Pasukan ini terdiri dari sekitar 650 tentara Inggris dan Jerman, serta didukung oleh ratusan Loyalis, relawan dari Kanada dan sekutu dari kelompok Pribumi.
Pasukan ini mulai bergerak pada 9 Agustus dan selama beberapa hari berikutnya melakukan penjarahan di wilayah pedesaan. Pada 14 Agustus, mereka kemudian terlibat bentrokan kecil dengan kelompok milisi Amerika, namun perlawanan besar justru datang dua hari kemudian. Brigadir Jenderal John Stark dari Vermont tiba dengan sekitar 1.100 bala bantuan, membawa pasukan Amerika ke angka yang jauh lebih besar dibandingkan lawan mereka. Tidak lama kemudian, pasukan tambahan dari Kolonel Seth Warner ikut bergabung, sehingga jumlah milisi Amerika mendekati 2.400 orang.
Sementara itu, Kolonel Baum yang menyadari situasi tidak menguntungkan ini kemudian memerintahkan pasukannya untuk membangun pertahanan darurat dari tanah. Ia juga mengirim utusan untuk meminta bantuan ke markas Burgoyne. Namun, bantuan yang diminta itu terlambat datang.
Pada 16 Agustus, serangan dari pihak Amerika pun dimulai. John Stark memimpin strategi serangan dari berbagai arah secara bersamaam sehingga menyulitkan pertahanan pasukan Baum. Ketika pertempuran pecah, sebagian besar Loyalis dan sekutu Pribumi mundur lebih awal, sementara pasukan Inggris dan Jerman bertahan keras di posisi mereka selama dua jam hingga amunisi mereka habis. Baum sendiri terluka dalam pertempuran dan akhirnya gugur saat mencoba memimpin serangan terakhir menggunakan pasukan kavaleri yang berjuang dengan berjalan kaki.
Ketika bala bantuan Inggris akhirnya tiba, pasukan Stark yang telah meraih kemenangan pertama segera mengatur ulang barisan dan menghadang kedatangan musuh baru. Pertempuran pun kembali terjadi dan kembali berakhir dengan kekalahan di pihak Inggris. Komandan pasukan Jerman dalam gelombang kedua itu tewas, sementara sisanya dipaksa mundur.
Dampak dari pertempuran ini cukup besar. Selain memberikan kemenangan strategis bagi Amerika, pertempuran Bennington juga meningkatkan moral pasukan dari negeri paman Sam yang kala itu sangat dibutuhkan. Di sisi lain, peristiwa ini juga menggoyahkan kepercayaan sekutu Pribumi terhadap kemampuan tempur Inggris, hingga mereka memutuskan untuk menarik diri dari konflik dan kembali ke Kanada. Akibatnya, Burgoyne kehilangan kekuatan pengintai dan pendukung penting dalam kampanyenya ke arah selatan.
Tak hanya itu, kekalahan Inggris dalam pertempuran Bennington pun berkontribusi terhadap kekalahan mereka di Pertempuran Saratoga dua bulan kemudian. Saratoga menjadi titik balik dalam perang yang akhirnya mendorong Prancis untuk secara terbuka mendukung perjuangan kemerdekaan Amerika.
Hingga kini, Pertempuran Bennington dikenang dalam sejarah Amerika dan diperingati melalui monumen dan taman bersejarah di dekat lokasi pertempuran. (wrd)