TASIKMALAYA | Priangan.com – Zaman dulu sudah ada perpustakaan atau pabukon yang menyimpan beragam buku-buku suci berisi ilmu pengetahuan dan agama. Naskah-naskahnya ditulis pada lontar atau daun gebang (nipah) dan dijaga oleh seorang pandita.
Dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian disebutkan beberapa judul buku suci tersebut, seperti darmasiksa, siksa kandang, pasuk-tapa, kadenaan, mahapawitra, siksa guru, dasa-sila, panca-siksa, guru talapakan, jagat upadrawa, jadu sakti, tato (kebenaran) buwana, dan tato ajyana.
Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian adalah ensiklopedia karuhun kita. Di dalamnya memuat masalah-masalah pendidikan, pengetahuan umum, kesenian, kebudayaan, tata cara, kesehatan, dan kehidupan masyarakat Sunda sebelum Islam. Isinya yang sangat lengkap memberikan gambaran kepada kita tentang kehidupan para karuhun kita di masa lalu.
Berikut petikan terjemahan dari naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian:
Baga-purusa (kemaluan wanita-lelaki) jangan dipakai berjinah, karena menjadi pintu bencana, penyabab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka; namun bila baga-purusa terpelihara, kita akan memperoleh keutamaan dari baga dan purusa. Ya itulah yang disebut dasa kreta. Kalau sudah terpelihara pintu (nafsu) yang sepuluh, sempurnalah perbuatan orang banyak. Demikian pula perbuatan sang raja. (ms)