TASIKMALAYA | Priangan.com – Keputusan mengganti calon petahana Ade Sugianto dengan istrinya, Ai Diantani, dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Tasikmalaya 2025 dinilai sebagai faktor utama kekalahan pasangan nomor urut 3, Ai Diantani–Iip Miftahul Paoz. Hal ini diungkapkan Direktur Indikator Politik Indonesia, Fauny Hidayat, saat dihubungi wartawan, Sabtu (19/4/2025)
Dalam hitung cepat tersebut, pasangan Cecep Nurul Yakin–Asep Sopari Al-Ayubi unggul dengan perolehan 53,91 persen suara. Sementara Ai–Iip hanya memperoleh 29,18 persen, dan pasangan Iwan Saputra–Dede Muksit Aly tertinggal jauh di angka 16,91 persen.
“Perubahan dari Ade ke Ai tidak memberikan efek positif secara elektoral. Justru membuat pemilih kehilangan figur yang selama ini mereka kenal dan pilih,” ujar Fauny.
Dalam Pilkada reguler November 2024, Ade–Iip sebenarnya tampil kuat dengan 487.854 suara, mengalahkan Cecep–Asep dan Iwan–Dede. Namun di PSU, posisi itu tak mampu dipertahankan setelah nama Ade digantikan Ai Diantani.
Meski Ai merupakan anggota DPRD Tasikmalaya, Fauny menilai hal tersebut tidak cukup menggantikan kekuatan figur Ade Sugianto sebagai tokoh yang sudah mapan di mata publik. Keterbatasan waktu sosialisasi dan kedekatan emosional dengan pemilih membuat pasangan ini gagal mempertahankan basis dukungan.
“Pemilih membutuhkan konsistensi dan figur yang familiar. Pergantian mendadak, meskipun dalam satu keluarga, tidak serta-merta menjamin keterpilihan,” jelas Fauny.
Berdasarkan sebaran suara, pasangan Cecep–Asep bahkan unggul di hampir seluruh kecamatan, dengan puncak suara tertinggi di Bojong Gambir (74,42 persen). Sementara Ai–Iip hanya memenangkan empat kecamatan, dan Iwan–Dede hanya unggul di satu kecamatan.
Fauny menambahkan bahwa metode hitung cepat menggunakan stratified cluster random sampling dengan 200 TPS sampel dari total 2.847 TPS di 39 kecamatan. Margin of error sebesar 2,25 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen menunjukkan reliabilitas temuan ini. (yna)