Historia

Perbedaan Pandangan Politik yang Menghancurkan Hubungan Soekarno dan Tan Malaka

Potret Soekarno dan Tan Malaka | Istimewa

JAKARTA | Priangan.com – Persahabatan di antara dua tokoh besar bisa menciptakan fondasi yang kuat bagi perjuangan suatu bangsa. Namun, ketika perbedaan ideologi dan strategi muncul, persahabatan yang erat pun dapat berubah menjadi pertentangan. Begitulah setidaknya kisah hubungan antara Soekarno dan Tan Malaka, dua figur yang pernah bersama dalam mimpi besar untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, tetapi harus terpecah oleh pandangan politik yang berbeda.

Pada masa-masa awal perjuangan, baik Soekarno maupun Tan Malaka, keduanya punya mimpi yang sama, yakni kemerdekaan penuh bagi Indonesia dari tangan penjajah. Namun, di balik semangat bersama itu, ada perbedaan besar tentang cara untuk mencapai kemerdekaan.

Persahabatan Tan Malaka dengan Soekarno bisa dilihat sejak tahun 1942 lalu. Setelah sekian lama tinggal pengasingan, Tan Malaka kala itu kembali ke Indonesia. Ia pun disambut dengan penuh suka cita oleh Soekarno.

Siapa sangka, ternyata bapak proklamator itu sudah sejak lama menyimpan rasa kagum terhadap Tan Malaka. Bahkan, satu waktu dikisahkan kalau Soekarno pernah berkata jika dirinya dengan Mohammad Hatta tidak mampu meneruskan perjuangan, ia percaya kalau Tan Malaka adalah orang yang layak menggantikan mereka berdua.

Keduanya memiliki semangat nasionalisme yang sama, tetapi ada perbedaan mencolok dalam strategi perjuangan mereka. Soekarno lebih cenderung berpikir pragmatis, sehingga memilih jalur diplomasi. Sementara Tan Malaka, bersikukuh pada penolakan terhadap kompromi dengan para penjajah.

Baginya, perundingan dengan Belanda hanya bisa dilakukan setelah pengakuan kemerdekaan sepenuhnya diberikan. Maka dari itu, ia menolak segala bentuk diplomasi yang dianggapnya sebagai langkah mundur dalam perjuangan.

Hal inilah yang menimbulkan keretakan dalam hubungan persahabatan di antara keduanya. Apalagi pasca proklamasi kemerdekaan dibacakan, perbedaan pandangan antara Soekarno dan Tan Malaka semakin tampak. Soekarno, yang saat itu menjabat sebagai presiden pertama, memutuskan untuk mengambil jalur diplomasi dengan Belanda dalam perundingan Linggarjati. Hal itu dianggap sebagai sebuah langkah pengkhianatan terhadap perjuangan oleh Tan Malaka. Ia kemudian mendirikan Persatuan Perjuangan, sebuah gerakan yang menolak segala bentuk negosiasi dengan Belanda sebelum kemerdekaan sepenuhnya diakui.

Tonton Juga :  Mengenal Diplomasi Panda, Cara Unik China Jaga Hubungan Internasional Mereka

Perbedaan strategi ini akhirnya menempatkan keduanya dalam kubu yang berseberangan. Pada titik ini, persahabatan mereka semakinn renggganhg. Ketegangan memuncak ketika pemerintahan Soekarno memberikan restu atas penangkapan Tan Malaka pada tahun 1946, karena gerakannya yang dianggap mengancam stabilitas negara yang masih rentan. Tan Malaka  pun akhirnya dipenjara hingga tahun 1948.

Pasca penangkapan itu hubungan mereka tidak pernah kembali seperti semula. Tan Malaka semakin lantang mengkritik pemerintahan Soekarno dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang dianggapnya terlalu kompromis terhadap Belanda. Keberaniannya dalam menentang kebijakan pemerintah, akhirnya berujung pada kematian. Pada Februari 1949, Tan Malaka pun akhirnya dieksekusi mati di Kediti oleh Letnan Dua Soekotjo, anggota Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya.

Namun, meski hubungan persahabatan mereka berakhir tragis, Soekarno tetap tak melupakan kontribusi Tan Malaka dalam perjuangan kemerdekaan. Pada tahun 1963, presiden pertama Republik Indoneisa itu secara resmi mengangkat Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional. (ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: