LONDON | Priangan.com – Perang Seratus Tahun merupakan salah satu rangkaian konflik paling panjang dalam sejarah Eropa. Perang ini mempertemukan antara Kerajaan Inggris dan Kerajaan Prancis sejak 1337 hingga 1453.
Semuanya bermula ketika Raja Inggris Edward III menyatakan dirinya berhak atas takhta Prancis setelah dinasti Capetian berakhir tanpa pewaris laki-laki. Para bangsawan Prancis kemudian tidak menyetujui klaim tersebut dan menetapkan Philippe VI dari wangsa Valois sebagai raja. Perselisihan dua kubu inilah yang memicu ketegangan politik dan kemudian berkembang menjadi perang terbuka.
Pertikaian berlangsung di sejumlah wilayah Prancis, terutama di kawasan Guyenne dan Aquitaine yang sejak lama diperebutkan kedua kerajaan. Pada fase awal, pasukan Inggris mampu menekan Prancis melalui penggunaan busur panjang dan strategi tempur yang lebih teratur. Kemenangan Inggris di Crécy pada 1346 dan Poitiers pada 1356 memperluas kendali mereka atas beberapa wilayah penting. Keungulan itu membuat posisi Prancis sempat terdesak hingga memasuki masa ketidakstabilan politik.
Situasi berubah pada awal abad ke-15 ketika Raja Henry V dari Inggris melancarkan serangan besar yang berpuncak pada kemenangan di Agincourt pada 1415. Inggris kian kuat setelah Traktat Troyes pada 1420 yang menyebut bahwa Henry V dan keturunannya akan menjadi pewaris takhta Prancis. Namun perkembangan baru muncul ketika Joan of Arc tampil pada awal 1430-an. Kehadiran tokoh muda tersebut mengubah jalannya perang setelah ia berhasil memulihkan kepercayaan diri pasukan Prancis yang saat itu berada dalam tekanan berat.
Prancis bangkit melalui beberapa kemenangan penting dan melakukan pembenahan dalam struktur militernya. Perubahan itu berdampak besar terhadap kekuatan tempur mereka yang mulai mampu menghadapi Inggris secara lebih seimbang. Serangkaian serangan balasan membuat Inggris kehilangan wilayah demi wilayah, hingga pada akhirnya Prancis menang dalam Pertempuran Castillon pada 1453 yang sering dianggap sebagai penutup konflik. Setelah itu, Inggris hanya bertahan di Calais yang tetap dikuasai dalam beberapa dekade berikutnya.
Perang yang berlangsung lebih dari satu abad itu meninggalkan dampak luas dalam perkembangan Eropa. Sistem feodal mengalami perubahan karena peran kesatria berkurang seiring meningkatnya penggunaan tentara bayaran dan teknologi artileri. Di sisi lain, kedua kerajaan mulai membangun identitas nasional yang lebih kuat setelah melewati masa mobilisasi panjang. (wrd)

















