TASIKMALAYA | Priangan.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tasikmalaya sampai saat ini masih banyak terjadi. Sejak awal tahun 2024 saja, sedikitnya sudah ada 411 kasus dengan lokus sebaran paling tinggi berada di Kecamatan Manonjaya, Cineam, dan Rajapolah. Jumlah itu mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana jumlah kasus sampai akhir tahun hanya menyentuh angka 319 orang saja.
Pengelola Program DBD, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, Maulana Iskandar, menyebutkan, salah satu penyebab tingginya kasus DBD di tahun 2024 ini adalah adanya pergantian musim kemarau ke musim penghujan yang sudah mulai terjadi sejak akhir tahun 2023 kemarin. Sehingga, tak heran bila angka DBD mengalami peningkatan karena perkembangbiakan nyamuk Aedes sebagai pembawa virus Dengue lebih banyak di tahun 2024 ini.
“Kalau melihat data pada 2023-2024 memang terjadi sebuah peningkatan. Salah satu penyebabnya karena pada tahun 2023 cenderung musim kemarau, sehingga, nyamuk aedes tidak terlalu berkembang. Sedangkan menjelang akhir tahun 2023 di bulan Desember, cuaca pada saat itu sudah mulai hujan. Secara teori, potensi dalam cuaca seperti itu meningkatkan perkembangan nyamuk Aedes,” tegasnya saat ditemui dalam satu kesempatan pada Kamis, 13 Juni 2024.
Maulana menambahkan, sebagai leading sektor kasus DBD, pihaknya selama ini sudah melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah gencar memberikan edukasi terkait gejala serta pencegahan penyakit DBD kepada masyarakat. Menurutnya, ada beberapa gejala yang bisa dilihat secara kasat mata apabila penderita terjangkit penyakit DBD.
Selain demam tinggi yang disertai nyeri ulu hati, mual, muntah, dan muncul bintik merah pada kulit, DBD juga seringkali menyebabkan penurunan suhu demam di hari keempat tanpa diikuti peningkatan nafsu makan dan kondisi tubuh yang membaik. Jika semua gejala ini terjadi, Maulana mengimbau agar keluarga lebih waspada dan baiknya segera dibawa ke fasilitas layanan kesehatan untuk mendapat penanganan.
Berbicara soal pencegahan, Maulana mengaku, hal yang selama ini sudah sangat gencar disosialisasikan adalah Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Ia menyebut hal ini penting dilakukan guna meminimalisir perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes. Beberapa tempat yang disinyalir seringkali dijadikan sebagai sarana bereproduksi nyamuk aedes adalah tempat-tempat tergenang air, seperti bak penampungan air, penampungan cipratan air dispenser, ban bekas, sampai di sampah-sampah stereofoam yang di dalamnya terdapat genangan air.
“Sementara untuk nyamuk aedes dewasa, seringkali menempati ruangan-ruangan lembap yang kurang ventilasi dan cahaya matahari. Apalagi kalau di rumah ada baju bekas pakai yang digantungkan begitu saja. Biasanya nyamuk senang dengan tempat itu,” imbuhnya.
Dengan adanya berbagai upaya sosialisasi dan edukasi ini, ia berharap masyarakat dapat lebih meningkatkan kesadarannya dan memperbaiki kebiasaan hidup dengan cara menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Karena, menurutnya, PHBS merupakan salah satu hal yang bisa mencegah timbulnya berbagai penyakit serta virus, termasuk DBD. (wrd)