TIONGKOK | Priangan.com – Selasa, 10 Oktober 1911, sekelompok prajurit dari Tentara Baru di kota Wuchang, Provinsi Hubei, Tiongkok, mengangkat senjata melawan pemerintahan Dinasti Qing. Aksi itu dikenal sebagai Pemberontakan Wuchang dan menjadi awal dari Revolusi Xinhai yang berujung pada runtuhnya kekuasaan kekaisaran Tiongkok.
Pemberontakan ini pecah setelah rencana rahasia kelompok revolusioner terbongkar oleh pihak Qing. Para prajurit yang telah lama dipengaruhi gagasan republikan memutuskan untuk bertindak sebelum mereka ditangkap. Dalam waktu singkat, mereka menyerang markas pemerintahan lokal, merebut gudang senjata, dan menguasai pusat kota Wuchang.
Latar belakang peristiwa ini berakar pada ketidakpuasan rakyat terhadap kebijakan Qing yang dianggap tidak adil dan lemah menghadapi perubahan zaman. Keputusan pemerintah pusat untuk menasionalisasi jalur kereta api memicu kemarahan para pemilik modal dan pejabat daerah yang merasa dirugikan.
Di tengah kondisi itu, ide-ide tentang pemerintahan republik yang disebarkan oleh organisasi Tongmenghui semakin mendapat tempat di kalangan militer dan pelajar. Tentara Baru, hasil reformasi militer yang dimaksudkan untuk memperkuat kekuasaan Qing, justru menjadi wadah bagi berkembangnya semangat revolusioner.
Ketika jaringan rahasia revolusi terancam terbongkar, para anggota yang terlibat di dalamnya tidak lagi memiliki pilihan selain melawan. Malam itu, mereka memulai serangan ke pusat pemerintahan di Wuchang.
Pasukan pemberontak berhasil menguasai kediaman Gubernur Jenderal Huguang dan sejumlah titik strategis kota. Keberhasilan ini menjadi sinyal bagi kelompok-kelompok revolusioner lain di seluruh negeri.
Sehari kemudian, Pemerintahan Militer Hubei dibentuk dan Li Yuanhong diangkat sebagai pemimpin sementara. Dari kota inilah semangat pemberontakan menyebar ke berbagai provinsi di Tiongkok.
Dalam waktu singkat, gelombang perlawanan meluas. Provinsi-provinsi lain menyatakan melepaskan diri dari pemerintahan Qing dan mendukung pembentukan republik. Situasi yang tidak terkendali membuat istana Qing terpaksa mencari jalan damai.
Negosiasi politik pun dilakukan dengan tokoh-tokoh revolusi, dan Yuan Shikai diminta memimpin perundingan. Hasilnya, sistem kekaisaran yang telah bertahan selama dua milenium berakhir, dan pada awal 1912 Republik Tiongkok resmi diproklamasikan dengan Sun Yat-sen sebagai presiden sementara.
Peristiwa yang bermula di Wuchang itu kini diperingati sebagai Hari Nasional Republik Tiongkok atau Double Ten Day. Pemberontakan Wuchang menjadi awal dari perubahan bentuk pemerintahan seklaigus simbol kebangkitan kesadaran nasional Tiongkok. (wrd)