WARSAWA | Priangan.com – Selasa, 1 Agustus 1944, ribuan pejuang Polandia bangkit melawan pendudukan Nazi di Warsawa. Aksi yang dikenal sebagai Pemberontakan Warsawa itu menjadi salah satu perlawanan paling berani sekaligus paling tragis dalam Perang Dunia II. Selama lebih dari dua bulan, pasukan Jerman membalas dengan pengepungan, pengeboman udara, serta operasi darat yang melibatkan SS dan unit khusus, hingga akhirnya perlawanan berhasil dipatahkan dengan cara yang sangat brutal.
Pemberontakan Warsawa sendiri digagas oleh pasukan perlawanan Polandia, Armia Krajowa, yang berusaha merebut kendali ibu kota sebelum kedatangan Tentara Merah dari seberang Sungai Vistula. Dipimpin Jenderal Tadeusz Bór-Komorowski, mereka memobilisasi sekitar 40.000 pejuang, meski sebagian besar hanya bersenjatakan senjata seadanya. Tujuan mereka adalah memastikan Polandia pascaperang tidak langsung jatuh ke tangan Soviet.
Pertempuran ini terjadi di pusat Warsawa serta beberapa distrik penting seperti Wola, Ochota, Mokotów, dan Old Town. Sejak awal, pasukan Nazi di bawah komando Erich von dem Bach-Zelewski melancarkan taktik represif yang mendapat restu langsung dari Heinrich Himmler. Serangan balasan diarahkan tidak hanya kepada pejuang, melainkan juga pada warga sipil yang menjadi sandera dalam konflik.
Pemberontakan berlangsung selama 63 hari penuh. Setelah cadangan makanan, amunisi, dan obat-obatan habis, barisan pertahanan Polandia kemudian terpecah dan melemah. Bantuan dari Sekutu datang terlambat dan terbatas, sementara pasukan Soviet memilih menunggu di seberang sungai tanpa terlibat langsung. Kondisi itu membuat pasukan pemberontak terpaksa menyerah.
Hasilnya amat tragis. Sekitar 180.000 orang, sebagian besar warga sipil, tewas. Lebih dari 11.000 pejuang ditangkap dan dijadikan tawanan perang. Warsawa sendiri porak poranda, sebagian besar bangunan dihancurkan dalam operasi pembalasan Jerman. Tragedi ini kemudian tercatat sebagai salah satu episode paling kelam dalam Perang Dunia II. (wrd)