Pegiat Pariwisata Dukung Peninjauan Kembali Penetapan Tanggal Hari Jadi Kota Tasikmalaya

TASIKMALAYA | Priangan.com – Adanya desakan peninjauan kembali penetapan Hari Jadi Kota Tasikmalaya mendapat dukungan dari kalangan pegiat pariwisata. Hal ini penting agar dasar historis yang menjadi identitas kota bisa dihormati secara lebih utuh.

Ervan Kurniawan, salah seorang pelaku pariwisata di Tasikmalaya menyebut kegelisahan para aktivis budaya dan sejarah terkait tanggal penetapan hari jadi kota Tasikmalaya merupakan hal yang wajar. Menurutnya, para pemerhati sejarah memiliki alasan kuat karena ingin memastikan perjalanan Kota Tasikmalaya dihargai sesuai dengan fakta dan nilai historisnya.

“Sebagai pelaku pariwisata, saya mendukung langkah untuk meninjau kembali penetapan hari jadi agar selaras dengan perjalanan sejarah dan dasar hukum pembentukan Kota Tasikmalaya,” ujarnya, Rabu (15/10/2025).

Ia menambahkan, sektor pariwisata tidak bisa berkembang tanpa pijakan yang kuat pada sejarah daerah. Menghargai akar sejarah, katanya, justru akan memperkaya karakter dan citra budaya yang menjadi daya tarik wisata Tasikmalaya.

“Kita tidak bisa membangun masa depan pariwisata tanpa menghormati akar sejarahnya. Justru dengan meluruskan narasi sejarah, kita memperkuat identitas dan karakter Tasikmalaya sebagai kota yang kaya budaya,” tuturnya.

Ia meyakini, pelurusan sejarah bukan hanya soal masa lalu, tetapi langkah penting untuk menata masa depan kota. Dengan memahami dan menempatkan sejarah secara benar, menurutnya pariwisata di Kota Tasikmalaya juga akan tumbuh dengan lebih bermartabat dan berkelanjutan.

“Saya percaya, ketika sejarah dihargai dengan benar, pariwisata kita pun akan tumbuh dengan lebih bermartabat,” katanya.

Sebelumnya, Lembaga riset sejarah, sosial, dan budaya Soekapoera Institute meminta DPRD Kota Tasikmalaya menggelar rapat dengar pendapat (RDP) untuk meninjau ulang penetapan tanggal Hari Jadi Kota Tasikmalaya. Lembaga tersebut menilai tanggal 17 Oktober 2001 yang ditetapkan melalui Perda Nomor 9 Tahun 2003 tidak memiliki dasar historis yang kuat.

Lihat Juga :  Pemkab Garut Siapkan Perbaikan Jalan Pasar Guntur, Prioritaskan Kenyamanan dan Aksesibilitas

Muhajir Salam, Founder Soekapoera Institute, menilai kalau penetapan tanggal 17 Oktober 2001 sebagai Hari Jadi Kota Tasikmalaya masih menyisakan keraguan. Pasalnya, dasar penetapan itu tidak memiliki pijakan historis yang kuat dan cenderung lebih menekankan pada peristiwa administratif semata.

Lihat Juga :  Pemkab Garut Siapkan Perbaikan Jalan Pasar Guntur, Prioritaskan Kenyamanan dan Aksesibilitas

“Penetapan itu mengacu pada seremoni peresmian pemerintahan kota oleh Menteri Dalam Negeri di Jakarta. Momentum ini tidak mencerminkan peristiwa historis yang menandai lahirnya kota secara substansial, kata dia, saat ditemui di Tasikmalaya, Senin (13/10/2025).

Muhajir menambahkan, jejak historis menunjukan bahwa kota Tasikmalaya telah lahir dan tumbuh menjadi pusat aktifitas sosial, politik, ekonomi dan budaya, bahkan sejak lebih dari 100 tahun silam. Artinya, identitas Kota Tasikmalaya kini telah terbentuk lama jauh sebelum titimangsa 17 Oktober 2001 sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Perda nomor 9 tahun 2003.

“Maka dari itu, titimangsa hari jadi Kota Tasikmalaya tanggal 17 oktober 2001 sangat meragukan dan memancing banyak pertanyaan kritis yang membutuhkan jawaban rasional berdasarkan telaah historis yang tepat,” imbuhnya. (Eri)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos