Daily News

Peduli Stunting, Mahasiswa KKN Unsil Beri Edukasi kepada Masyakarat di Desa Mandalasari

Sesi foto bersama mahasiswa KKN Unsil setelah melakukan sosialisasi stunting di Desa Mandalasari | Dok. Pribadi

TASIKMALAYA | Priangan.com – Stunting merupakan salah satu persoalan kesehatan yang masih banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya Tasikmalaya. Wilayah yang satu ini bahkan masuk sebagai salah satu lokus stunting di Jawa Barat.

Menyikapi hal itu, sekelompok Mahasiswa Unsil yang tengah menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) merasa tergerak untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar angka stunting bisa lebih ditekan. Kegiatan tersebut digelar di Desa Mandalasari, Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya, pada Kamis, 9 Januari 2024, dan diikuti oleh sejumlah elemen masyarakat, mulai kader posyandu, ibu rumah tangga, hingga perangkat desa.

Revina Ayuniawati, Mahasiswa Unsil yang juga bertugas sebagai Pemateri dalam kegiatan tersebut, menyebutkan, selain karena adanya kasus stunting, Desa Mandalasari dipilih lantaran banyak anak di desa ini yang sudah terbiasa mengonsumsi makanan yang tidak sesuai dengan usia mereka, seperti snack yang tinggi kandungan MSG atau Gula. Padahal, itu sangat berbahaya bagi mereka.

Maka dari itu, ia mengaku, saat menyampaikan materi lebih menekankan tentang pemenuhan gizi anak yang sesuai dengan klasifikasi usia mereka. Menurutnya, setiap anak punya kebutuhan gizi yang berbeda dan hal ini sangat penting untuk diperhatikan supaya kelak anak tersebut bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.

“Harapan saya, materi ini dapat diterapkan oleh para orang tua dan kader posyandu, sehingga anak-anak di Desa Mandalasari tidak hanya kenyang tetapi juga mendapatkan nutrisi yang seimbang. Stunting bukan hanya berdampak pada fisik, tetapi juga perkembangan otak, seperti keterlambatan daya pikir dan kurangnya fokus dibandingkan anak-anak lain seusianya,” bebernya.

Selain menekankan urusan gizi, dalam kesempatan itu Revina juga mengajak agar para kader Posyandu bisa lebih inovatif dalam memberikan PMT. Menurutnya, berdasarkan hasil observasi yang telah ia lakukan, selama ini para kader hanya memberikan PMT berupa telur puyuh dan roti, padahal, masih banyak inovasi PMT yang punya kandungan gizi jauh lebih tinggi, seperti Cookies berbahan dasar daun kelor yang sudah dibuat oleh para mahasiswa.

Tonton Juga :  Ketua Komisi IV Minta Pemerintah Beri Tunjangan Bagi Guru Ngaji

“Di wilayah Tasikmalaya kota, banyak kader yang sudah kreatif membuat menu PMT dengan inovasi bahan lokal. Maka dari itu, kami ingin melatih para kader agar lebih inovatif dalam pemberian PMT,” tutupnya. (wrd)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: