JAKARTA | Priangan.com – Perang Dunia I menjadi salah satu titik balik besar dalam sejarah dunia modern. Konflik ini tak terjadi secara tiba-tiba, melainkan merupakan akumulasi dari berbagai ketegangan politik, ekonomi, dan militer yang telah lama berkembang di antara kekuatan besar Eropa pada awal abad ke-20.
Meskipun situasi internasional terlihat tenang di permukaan, namun hubungan antarnegara besar seperti Jerman, Inggris, Prancis, Rusia, dan Austria-Hongaria sebenarnya dipenuhi persaingan dan ketidakpercayaan. Negara-negara ini terlibat dalam perlombaan senjata serta ambisi kolonial yang meluas hingga ke wilayah-wilayah di Afrika dan Asia. Perebutan pengaruh di panggung global ini menjadi semakin tajam dan keseimbangan kekuasaan di Eropa pun perlahan goyah.
Di tengah situasi yang penuh ketegangan ini, terbentuklah dua kubu besar. Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia bersekutu dalam blok yang dikenal sebagai Triple Alliance. Di sisi lain, Inggris, Prancis, dan Rusia membentuk aliansi sendiri yang dinamakan Triple Entente. Kedua blok ini memperkuat posisinya masing-masing sekaligus memperbesar risiko konflik berskala luas bila salah satu pihak tersulut.
Wilayah Balkan menjadi salah satu kawasan yang paling mudah meletup. Austria-Hongaria kala itu berusaha memperluas pengaruhnya di wilayah ini dan bersinggungan langsung dengan kepentingan Serbia yang mendapat dukungan dari Rusia. Semangat nasionalisme yang berkembang di kawasan tersebut semakin memperumit keadaan. Banyak kelompok di wilayah Balkan yang ingin memerdekakan diri dari kekuasaan asing, termasuk dari Austria-Hongaria.
Titik pecah konflik terjadi pada 28 Juni 1914, tepatnya saat Franz Ferdinand, sang pewaris takhta Austria-Hongaria, terbunuh dalam kunjungan ke Sarajevo. Pelakunya, Gavrilo Princip. Ia adalah seorang nasionalis muda yang mendukung kemerdekaan Slavia Selatan dari dominasi asing. Pembunuhan ini memicu krisis diplomatik, dan sebulan kemudian Austria-Hongaria menyatakan perang terhadap Serbia.
Aliansi yang sudah terbentuk sebelumnya membuat eskalasi konflik berlangsung cepat. Jerman memberikan dukungan penuh kepada Austria-Hongaria dan segera melakukan serangan terhadap Rusia dan Prancis. Saat Jerman menyerang Belgia, Inggris pun ikut terlibat dalam perang. Dalam hitungan hari, sebagian besar negara di Eropa sudah terseret ke dalam konflik.
Italia yang semula berada di pihak Blok Sentral, kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Blok Sekutu pada 1915. Perang ini lalu menyebar ke luar Eropa, melibatkan koloni-koloni negara imperialis serta wilayah di berbagai benua lainnya. Inilah yang menjadikan Perang Dunia I sebagai konflik berskala global untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Selama lebih dari empat tahun, medan pertempuran di Eropa berubah menjadi kawasan parit-parit panjang yang menampung penderitaan jutaan prajurit. Penggunaan teknologi militer seperti senapan mesin, gas kimia, dan tank menciptakan bentuk baru dari kehancuran yang belum pernah terlihat sebelumnya. Selain korban jiwa yang sangat besar, perang ini juga menimbulkan dampak sosial dan psikologis yang mendalam bagi masyarakat.
Pada 1917, Amerika Serikat memutuskan bergabung dengan Blok Sekutu, setelah serangkaian serangan kapal sipil oleh angkatan laut Jerman. Masuknya AS menjadi faktor penting yang memperkuat posisi Sekutu, sementara kekuatan negara-negara Blok Sentral semakin menurun.
Perang akhirnya mencapai akhir pada 11 November 1918, saat Jerman sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Lebih dari 16 juta orang kehilangan nyawa dalam konflik ini, dan banyak lagi yang terluka atau mengalami trauma berkepanjangan.
Empat kekaisaran besar runtuh pascaperang, yakni Jerman, Austria-Hongaria, Ottoman, dan Rusia. Peta politik Eropa berubah secara drastis, dan beberapa negara baru pun terbentuk. Namun, perdamaian yang dibangun setelahnya tidak serta-merta menghapus akar persoalan. Perjanjian Versailles yang diberlakukan terhadap Jerman justru melahirkan ketidakpuasan dan rasa dendam yang kelak menjadi salah satu penyebab meletusnya Perang Dunia II. (wrd)