KAB. TASIKMALAYA | Priangan.com – Kabupaten Tasikmalaya kini bakal segera memasuki usia ke-393. Guna memperingati hari jadi tersebut, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya menggelar serangkaian kegiatan yang mulai berlangsung pada 25 hingga 26 Juli 2025.
Dari beragam kegiatan yang disiapkan, ada satu hal yang mencuri perhatian publik, yakni sebuah patung Garuda yang berdiri tegak di tengah jalan, seolah menyambut kedatangan para tamu dan masyarakat yang hadir.
Patung Garuda tersebut berdiri gagah dengan rentang sayap terbentang lebar. Meski sepintas mengingatkan pada patung serupa yang pernah ditampilkan dalam perayaan Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya ke-390 pada tahun 2022 lalu, kehadiran patung ini tetap menyedot antusiasme warga. Banyak warga datang untuk sekadar melihat atau bahkan berswafoto di depannya.
Patung tersebut ternyata merupakan karya Anip Priyono, seorang pedagang buah-buahan yang biasa berkeliling di sekitaran Tasikmalaya. Ditemui di sela-sela kegiatannya, pada Kamis, 24 Juli 2025, pria berusia 43 tahun asal Desa Salebu, Kecamatan Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya, itu menyebut kalau patung Garuda ini merupakan satu dari sekian banyak karyanya yang berhasil menarik perhatian publik, bahkan hingga ke kancah internasional.
“Filosofinya jelas, ini lambang negara, Burung Garuda, untuk melambangkan persatuan dan kesatuan,” kata Anip.
Anip menambahkan, filosofi tidak sebatas ada di tubuh burungnya saja. Pada bagian dasar patung, Anip juga menyisipkan makna yang tak kalah mendalam. Struktur alas yang menyerupai perbukitan, lengkap dengan hiasan berbagai kerajinan bambu khas Tasikmalaya, menjadi simbol kekayaan alam dan budaya lokal yang ingin diperkenalkan kepada masyarakat luas.
Anip menyebut, untuk membuat patung ini ia dibantu oleh sedikitnya sembilan orang. Satu buah patung burung Garuda ini katanya berhasil diselesaikan dalam kurun waktu sembilan hari saja.
Soal bahan, Anip mengaku seluruh bagian patung dibuat dari material alami. Bahkan untuk rangka yang umumnya menggunakan besi, ia memilih bambu sebagai pengganti.
“Tubuh Garuda disusun dari daun nangka, sayap dari daun kadaka, leher menggunakan daun cengkok, wajah dilapisi daun palem, dan kaki dibuat dari pelepah pinang. Untuk kesulitannya justru ini. Di bahan. Karena semua memakai bahan alam. Kalau beli di toko, gampang. Tapi bahan alam itu kita harus cari satu per satu,” paparnya.
Meski begitu, ia mengaku sudah terbiasa dengan tantangan semacam ini. Pasalnya, tak kurang dari sepuluh kali Anip telah membuat patung serupa. Bahkan pada tahun 2019, Anip dipercaya mewakili Kabupaten Tasikmalaya dalam perhelatan internasional yakni Gelaran Asia Afrika di Bandung. Saat itu, ia juga membuat patung Garuda yang mewakili Indonesia bersama satu seniman lain dari Ciamis.
“Untuk biaya, pembuatan patung ini di bawah Rp30 jutaan. Segituan lah,” tutupnya. (wrd)