Para Penyandang Tuna Netra Masih Kesulitan Belajar Mengaji di Kota Tasikmalaya

TASIKMALAYA | Priangan.com – Sejumlah keluarga penyandang tuna netra di Kota Tasikmalaya mengungkapkan kesulitan mereka dalam mendapatkan pengajar yang kompeten untuk mengajarkan Al-Qur’an Braille. Minimnya tenaga pengajar dengan keahlian khusus ini menjadi kendala utama bagi mereka yang ingin mempelajari Al-Qur’an dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan.

Ara, seorang kakek dari seorang bocah penyandang tuna netra di Babakan Pala, Kecamatan Kawalu, mengakui kesulitan ini. Ia mengaku sudah berusaha mengajarkan cucunya yang berusia lima tahun untuk membaca Al-Qur’an Braille, namun harus terbentur pada kurangnya informasi dan ketersediaan sumber daya pengajaran.

“Saya sudah berkonsultasi dengan beberapa SLB, namun ada yang tidak memiliki tenaga pengajar khusus untuk tunanetra. Jadi, selama ini cucu saya hanya diajarkan mendengarkan saja, karena sulit sekali untuk mendapatkan Al-Qur’an Braille dan pengajarnya,” kata dia, Rabu, 19 Maret 2025.

Untuk itu, Ara berharap Pemerintah Kota Tasikmalaya dapat lebih memperhatikan kebutuhan keagamaan para penyandang disabilitas tuna netra. Ia menyarankan agar pemerintah menyediakan lebih banyak Al-Qur’an Braille dan meningkatkan jumlah tenaga pengajar yang kompeten.

“Bagus kalau Pemkot bisa memberikan semacam beasiswa atau pelatihan untuk guru yang ingin mengajar para penyandang tuna netra agar mereka bisa belajar mengaji dengan baik,” tambahnya.

Sementara itu, Ustadz Dr. Ridwan Effendi, akademisi dari UIN Bandung, juga menyayangkan kondisi ini. Menurutnya, penyandang tuna netra memiliki keinginan yang sama untuk mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an, namun mereka membutuhkan pengajar yang benar-benar profesional dan menguasai metode pembelajaran Braille.

“Walaupun teknologi sudah berkembang pesat, tulisan Braille tetap memiliki peran yang sangat penting yang tidak bisa digantikan,” tuturnya. (Yga)