Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, memulai karier politiknya sebagai Wali Kota Solo pada tahun 2005 setelah memenangkan Pilkada dengan 36,62% suara. Di bawah kepemimpinannya, Jokowi berhasil memindahkan 900 pedagang kaki lima (PKL) tanpa bentrokan, berkat pendekatan komunikatif yang merakyat. Citra sederhana dan merakyat Jokowi membantunya terpilih kembali untuk periode kedua.
Pada tahun 2012, Jokowi mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta, didampingi Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ia dikenal dengan gaya blusukan, terjun langsung ke lapangan untuk menyerap aspirasi masyarakat. Aksi monumental seperti masuk ke gorong-gorong dan meninjau lokasi banjir membuatnya semakin populer.
Meskipun awalnya tidak tertarik untuk maju sebagai calon presiden, pada Mei 2014, Jokowi mendaftar sebagai calon presiden dan berhasil memenangkan Pilpres 2014 dan 2019, mengalahkan Prabowo Subianto. Ia kemudian mengajak Prabowo dan Sandiaga Uno untuk bergabung dalam kabinetnya.
Jokowi dianggap sebagai presiden paling sukses di Indonesia, berhasil mengantarkan anak sulungnya menjadi wakil presiden dan menantunya menjadi gubernur. Namun, ia kini menghadapi isu serius terkait dugaan penggunaan ijazah palsu dan penyakit langka, yang memicu kontroversi di kalangan masyarakat. Beberapa warganet menyebut perubahan wajahnya sebagai azab atas tindakan yang dianggap merusak demokrasi.