TOKYO | Priangan.com – Inilah sosok Oda Nobunaga. Ia merupakan daimyo dari Provinsi Owari yang namanya tercatat sebagai salah satu tokoh kunci dalam perjalanan panjang penyatuan Jepang pada abad ke-16. Di tengah situasi politik yang terpecah dan perang antarklan yang berlangsung lama, Nobunaga tampil sebagai figur yang membawa perubahan besar dalam cara berperang, memerintah, dan membangun kekuasaan.
Oda Nobunaga lahir pada 1534 di Owari, wilayah yang kini masuk Prefektur Aichi. Ia berasal dari keluarga samurai Oda yang pada awalnya hanya menguasai daerah terbatas. Setelah ayahnya, Oda Nobuhide, wafat pada 1551, Nobunaga menghadapi persaingan internal dalam keluarganya sendiri.
Pada masa muda, ia kerap dipandang rendah karena sikap dan penampilannya yang dianggap menyimpang dari kebiasaan samurai. Pandangan tersebut perlahan berubah ketika Nobunaga berhasil mengonsolidasikan kekuatan klannya dan menunjukkan kemampuannya sebagai pemimpin.
Nama Oda Nobunaga mulai diperhitungkan secara luas setelah Pertempuran Okehazama pada 1560. Dalam pertempuran itu, ia memimpin pasukan yang jumlahnya jauh lebih sedikit untuk menghadapi Imagawa Yoshimoto, salah satu daimyo terkuat saat itu. Kemenangan yang diraih Nobunaga mengubah peta kekuatan politik di Jepang bagian tengah dan menjadi titik awal ekspansi wilayah kekuasaannya.
Dalam perjalanannya, Oda Nobunaga dikenal menerapkan strategi militer yang berbeda dari kebiasaan zamannya. Ia memanfaatkan senjata api yang dibawa pedagang Eropa dan menggunakannya secara terorganisasi di medan perang.
Pendekatan ini terlihat jelas dalam Pertempuran Nagashino pada 1575, ketika pasukannya berhasil mematahkan kekuatan kavaleri klan Takeda. Langkah tersebut menandai perubahan penting dalam tradisi peperangan Jepang.
Di luar medan perang, Nobunaga juga melakukan pembenahan dalam tata kelola wilayah. Ia berupaya mengurangi pengaruh kekuatan lama yang dinilai menghambat stabilitas, termasuk kelompok bersenjata berbasis keagamaan.
Dalam bidang ekonomi, ia mendorong perdagangan dengan membuka pasar dan menghapus sejumlah pembatasan lama. Pembangunan Kastel Azuchi dijadikan pusat pemerintahan baru yang mencerminkan kekuasaan sekaligus arah pembaruan yang ia usung.
Hubungan Oda Nobunaga dengan dunia luar menunjukkan sikap yang relatif terbuka. Ia menerima kehadiran pedagang dan misionaris dari Eropa sebagai bagian dari dinamika politik dan ekonomi saat itu. Sikap ini memberi ruang bagi pertukaran teknologi dan pengetahuan yang kemudian memengaruhi perkembangan Jepang pada masa selanjutnya.
Perjalanan hidup Oda Nobunaga berakhir pada 1582 dalam Insiden Honnō-ji di Kyoto. Saat itu, ia dikhianati oleh salah satu jenderalnya, Akechi Mitsuhide. Dalam kondisi terdesak, Nobunaga mengakhiri hidupnya sebelum proses penyatuan Jepang sepenuhnya selesai. Peristiwa tersebut menjadi salah satu episode paling menentukan dalam sejarah periode Sengoku.
Meski tidak sempat menyatukan Jepang hingga tuntas, peran Oda Nobunaga meninggalkan jejak yang kuat. Fondasi kekuasaan yang ia bangun diteruskan oleh Toyotomi Hideyoshi dan kemudian disempurnakan oleh Tokugawa Ieyasu.
Dalam catatan sejarah, Oda Nobunaga dikenang sebagai pemimpin yang membuka jalan menuju perubahan besar, mengakhiri tatanan lama, dan membentuk arah baru bagi Jepang menuju era yang lebih terpusat dan stabil. (wrd)

















