PAPUA | Priangan.com – Ada satu kisah yang cukup mengerikan untuk dikenang di kawasan Papua sana. Itu adalah kisah tentang sosok Michael Clark Rockefeller, seorang antropolog yang dinyatakan hilang pasca melakukan ekspedisi ke wilayah selatan Papua.
Michael Clark Rockefeller adalah putra dari Nelson Rockefeller, Gubernur New York dan anggota keluarga Rockefeller yang berpengaruh di Amerika Serikat. Lahir pada 18 Mei 1938, Michael dikenal sebagai sosok muda yang tertarik pada antropologi dan seni suku pedalaman. Setelah menyelesaikan pendidikan di Harvard University, ia memutuskan melakukan ekspedisi ke wilayah selatan Papua yang saat itu masih bernama Nugini Belanda untuk meneliti budaya dan seni ukir suku Asmat.
Pada November 1961, Rockefeller bergabung dengan tim ekspedisi bersama antropolog Belanda, René Wassing. Mereka berlayar menggunakan katamaran kecil menyusuri pesisir selatan Papua untuk mendokumentasikan kehidupan masyarakat Asmat. Namun, perjalanan yang semula berjalan lancar berubah menjadi tragedi ketika perahu mereka diterpa ombak besar dan terbalik di perairan dekat muara sungai menuju Laut Arafura.
Rockefeller dan Wassing bertahan di atas perahu yang terbalik sambil menunggu pertolongan. Beberapa pemandu lokal memutuskan berenang ke darat untuk mencari bantuan. Setelah menunggu tanpa hasil, pada pagi hari tanggal 19 November 1961, Rockefeller memutuskan untuk berenang sendiri menuju daratan yabg berjarak sekitar 10 hingga 12 kilometer. Ia menggunakan dua jeriken bahan bakar sebagai pelampung sederhana. Sejak saat itu, ia tidak pernah terlihat lagi.
Rene Wassing kemudian diselamatkan oleh kapal patroli Belanda dua hari setelah kejadian. Sementara Rockefeller dinyatakan hilang di laut. Pemerintah Belanda melancarkan operasi pencarian besar-besaran dengan bantuan pesawat dan kapal laut, namun hasilnya nihil. Tidak ada tubuh, pakaian, atau barang-barang pribadi yang ditemukan. Tiga tahun kemudian, pada 1964, Michael Rockefeller dinyatakan meninggal secara resmi.
Hilangnya Rockefeller lantas segera menjadi perhatian dunia. Berbagai teori muncul untuk menjelaskan nasibnya. Sebagian percaya bahwa ia tenggelam karena kelelahan atau terseret arus laut yang kuat. Teori lain menyebut bahwa Rockefeller berhasil mencapai daratan, namun kemudian dibunuh oleh kelompok suku Asmat sebagai bentuk balas dendam atas insiden kekerasan kolonial yang terjadi sebelumnya.
Peristiwa ini meninggalkan tanda tanya besar dalam sejarah antropologi. Ekspedisi yang awalnya bertujuan memahami kehidupan masyarakat Papua justru berakhir dengan misteri yang belum terpecahkan hingga kini. (wrd)

















