PRANCIS | Priangan.com – Seni dapat menjadi sarana hiburan. Namun, dalam kondisi tertentu, seni juga bisa menjadi alat penyelamatan nyawa.
Seperti dalam kisah Marcel Marceau. Ia dikenal dunia sebagai ahli pantomim, tetapi sedikit yang tahu bahwa diamnya pernah menjadi penyamaran sempurna dalam misi berbahaya. Di tengah kekacauan Perang Dunia II, keahliannya bukan hanya sekadar seni, melainkan perbedaan antara hidup dan mati bagi puluhan anak yang dikejar Nazi.
Tahun 1939, ketika keluarga Yahudi yang menjadi korban Holocaust di Strasbourg dipaksa meninggalkan rumah mereka dalam hitungan jam, Marceau yang masih remaja melarikan diri bersama kakaknya. Ayah mereka tidak seberuntung itu, ia ditangkap dan dibunuh di Auschwitz pada 1944.
Di kota pelariannya, Marceau bergabung dengan Perlawanan Prancis dan mulai menggunakan keahliannya untuk tujuan baru. Ia memalsukan kartu identitas agar pemuda yang terancam deportasi tampak terlalu muda untuk dikirim ke kamp kerja paksa Jerman. Selain itu, ia juga bertugas sebagai kurir, mengantarkan pesan-pesan rahasia yang tidak boleh jatuh ke tangan Nazi.
Tahun 1944, misinya semakin berbahaya. Bersama Oeuvre de Secours aux Enfants, ia menyelundupkan anak-anak yang terancam ke Swiss. Mengenakan berbagai penyamaran, ia berpura-pura menjadi pemimpin pramuka dan membawa mereka melalui hutan menuju kebebasan. Dalam perjalanan itu, ia menggunakan pantomim untuk menghibur mereka agar tetap tenang dan tidak menarik perhatian patroli musuh.
“Anak-anak memercayainya,” kata Georges Loinger, sepupu sekaligus rekrutan yang mengajaknya ke misi ini. “Ia membuat mereka merasa aman.”
Marceau berhasil menyelamatkan sedikitnya 70 nyawa sebelum akhirnya bergabung dengan Pasukan Prancis Merdeka pada 1945. Namun, setelah perang berakhir, ia kembali ke seni untuk menyalurkan kesedihannya. Ia berlatih di bawah Étienne Decroux, seorang legenda pantomim, sebelum membangun karier internasional yang menginspirasi generasi berikutnya.
Tahun 1947, ia menciptakan karakter Bip, alter ego yang mencerminkan perjuangan hidupnya. Penonton di seluruh dunia jatuh cinta pada Bip, tetapi aksi Marceau yang paling heroik telah terjadi jauh sebelum ia naik panggung.
Tahun 2001, Universitas Michigan menganugerahinya Medali Raoul Wallenberg atas jasanya menyelamatkan anak-anak dari bahaya Holocaust. Ia juga dianugerahi gelar Officier de la Légion d’Honneur oleh pemerintah Prancis atas jasanya. Saat menerima penghargaan itu, Marceau berkata, “Saya menangis untuk ayah saya, tetapi juga untuk jutaan orang yang telah pergi… Takdir mengizinkan saya hidup, dan karena itu, saya harus membawa harapan.”
Dengan gerakan tangannya yang sunyi, Marceau menciptakan metafora tentang perjuangan abadi antara kebaikan dan kejahatan. Ini adalah sebuah kisah yang lebih dalam dari sekadar seni. Warisannya terus hidup melalui École Internationale de Mimodrame de Paris, sekolah yang ia dirikan untuk melatih generasi baru seniman pantomim. (LSA)