CHICAGO | Priangan.com – Mesin pencuci piring, yang kini menjadi bagian wajar dari dapur modern, sesungguhnya lahir dari tangan seorang perempuan pada abad ke-19. Di tengah dunia penemuan yang saat itu didominasi laki-laki, Josephine Garis Cochran berhasil menciptakan rancangan praktis pertama yang benar-benar berfungsi. Dari hasil karyanya, lahirlah sebuah inovasi yang mampu mengubah cara manusia mengatasi pekerjaan rumah tangga, sekaligus membuka jalan bagi perkembangan teknologi dapur di masa berikutnya.
Sebelum Cochran muncul, beberapa orang sudah mencoba menghadirkan alat serupa. Pada tahun 1850, Joel Houghton mematenkan mesin dari kayu dengan roda putar tangan yang menyemprotkan air ke piring. Meskipun sederhana dan tidak efektif, temuannya tercatat sebagai langkah awal. Beberapa dekade setelah itu, L.A. Alexander menyempurnakan ide tersebut dengan menambahkan roda gigi sehingga piring bisa berputar di dalam bak air. Akan tetapi, kedua penemuan ini tetap belum mampu memberikan hasil yang memuaskan.
Dilansir dari Thoughtco, terobosan baru lahir ketika Josephine Cochran, yang tinggal di Shelbyville, Illinois, berhadapan dengan masalah yang tampak sepele tetapi menyakitkan. Ia sering mengadakan jamuan makan dengan menggunakan porselen antik warisan keluarga, dan suatu hari beberapa di antaranya pecah akibat kelalaian pelayan. Peristiwa itu membuatnya kesal dan memicu tekad untuk menemukan cara yang lebih aman dan efisien membersihkan peralatan makan.
Situasi rumah tangganya turut memperkuat tekad tersebut. Suaminya, William Cochran, meninggal pada 1883 dengan meninggalkan banyak utang, sehingga Josephine harus mencari jalan untuk bertahan. Dari dorongan kebutuhan sekaligus rasa frustrasi, ia mulai merancang mesin pencuci piring di gudang belakang rumahnya.
Mesin ciptaannya berbeda dari percobaan-percobaan sebelumnya. Alih-alih menggunakan sikat, Josephine merancang sistem yang mengandalkan tekanan air untuk menyemprot piring, sehingga lebih efektif membersihkan noda. Pada 28 Desember 1886, ia resmi mendapatkan paten atas temuannya.
Beberapa tahun kemudian, pada Chicago World’s Fair 1893, mesin tersebut dipamerkan untuk pertama kali. Saat itu masyarakat umum belum banyak tertarik, tetapi restoran dan hotel besar segera melihat manfaatnya. Baru pada era 1950-an, ketika kehidupan rumah tangga modern semakin berkembang, mesin pencuci piring akhirnya masuk ke dapur-dapur keluarga.
Latar belakang Josephine sendiri turut membentuk jalan hidupnya. Ia lahir di Valparaiso, Indiana, dari pasangan John Garis, seorang insinyur sipil, dan Irene Fitch Garis. Dari garis keluarga ibunya, ia mewarisi semangat penemuan. Kakeknya, John Fitch, adalah penemu yang menerima paten kapal uap di Amerika Serikat. Semangat itu melekat pada Josephine sejak kecil. Ia sempat bersekolah di lembaga swasta sebelum kebakaran memaksanya pindah ke Shelbyville bersama kakaknya. Di kota inilah ia bertemu William Cochran, pedagang kain sekaligus politisi Partai Demokrat. Mereka menikah pada 1858 dan memiliki dua anak, meski salah satunya meninggal di usia dua tahun.
Dari gudang sederhana, Josephine melahirkan mesin pencuci piring yang kemudian dikenal dengan nama ‘Cochrane Dishwasher’. Penemuan ini mendapat sambutan hangat dari lingkaran terdekatnya. Teman-teman memesan mesin serupa, hingga akhirnya ia mendirikan perusahaan bernama Garis-Cochran Manufacturing Company. Perusahaan ini berkembang dan kelak menjadi bagian dari KitchenAid, merek peralatan rumah tangga yang mendunia.
Kisah Josephine Cochran bukan sekadar cerita tentang lahirnya sebuah alat rumah tangga, melainkan juga tentang keberanian menembus batas sosial pada zamannya. Dari kegelisahan akan piring yang pecah hingga beban utang keluarga, ia berhasil mengubah tantangan pribadi menjadi inovasi besar yang bertahan lebih dari satu abad. Kini, setiap kali mesin pencuci piring berputar membersihkan sisa makanan, sesungguhnya kita sedang menyaksikan jejak tekad seorang perempuan yang enggan menyerah pada keadaan dan menjadikan kesulitan sebagai jalan menuju sejarah. (LSA)

















