KABUL | Priangan.com – Afghanistan adalah salah satu negara yang terletak di kawasan strategis di Timur Tengah dan Asia Selatan. Negara ini dikenal karena sejarah panjangnya yang penuh dinamika. Setiap tahun, pada tanggal 19 Agustus, negara ini memperingati Hari Kemerdekaan sebagai bentuk penghormatan atas keberhasilannya melepaskan diri dari dominasi Inggris pada tahun 1919. Peristiwa tersebut menjadi titik balik penting dalam perjalanan panjang Afghanistan sebagai negara merdeka.
Kemerdekaan Afghanistan secara resmi diakui lewat penandatanganan Perjanjian Inggris-Afghanistan, yang mengakhiri status protektorat yang sempat diberlakukan sejak Perjanjian Gandamak pada 1879. Saat itu, Inggris memiliki pengaruh besar dalam urusan luar negeri Afghanistan, terutama untuk menahan ekspansi Rusia ke wilayah selatan. Namun, seiring berakhirnya Perang Dunia I, semangat kedaulatan mulai tumbuh di Afghanistan. Di bawah kepemimpinan Amir Amanullah Khan, negara ini mengambil langkah tegas untuk menentukan arah masa depannya sendiri yang abebas dari intervensi kekuatan asing.
Sejarah Afghanistan sendiri telah berlangsung jauh sebelum kemerdekaannya. Wilayah ini pernah menjadi bagian dari kekaisaran-kekaisaran besar seperti Kekaisaran Persia di bawah Darius I dan wilayah kekuasaan Alexander Agung pada abad keempat sebelum masehi. Identitas nasional Afghanistan terbentuk perlahan melalui percampuran budaya dan pengalaman panjang menghadapi invasi dari luar, termasuk dari Genghis Khan pada abad ke-13.
Memasuki abad ke-18, persatuan antar suku dan faksi mulai menguat. Inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya negara Afghanistan modern. Namun, ketegangan global pada abad ke-19 kembali menyeret Afghanistan ke dalam konflik, kali ini sebagai arena persaingan antara Inggris dan Rusia dalam apa yang dikenal sebagai The Great Game. Tiga perang besar antara Inggris dan Afghanistan pecah, dengan hasil akhir yang pada akhirnya mengarah pada pengakuan kemerdekaan penuh oleh Inggris.
Pasca kemerdekaan, Amanullah Khan berupaya membawa Afghanistan memasuki era baru melalui reformasi sosial dan ekonomi. Ia juga mengubah bentuk negara menjadi monarki konstitusional pada tahun 1926. Meskipun niatnya ambisius, penolakan dari kalangan konservatif menyebabkan stabilitas politik terganggu hingga pada akhirnya memaksanya turun dari kekuasaan.
Stabilitas mulai terasa ketika Zahir Shah naik takhta pada tahun 1933. Masa pemerintahannya berlangsung relatif tenang selama beberapa dekade. Namun, perubahan besar kembali terjadi pada 1973, ketika Jenderal Daoud Khan menggulingkan Zahir Shah dan mendirikan republik. Kebijakan luar negerinya yang pro-Soviet dan reformasi di dalam negeri membuka jalan bagi masuknya pengaruh komunisme.
Situasi semakin kompleks pada 1978 saat kudeta komunis melanda negara ini, diikuti oleh invasi Uni Soviet setahun kemudian. Perlawanan bersenjata dari kelompok Mujahidin pun meluas dan mengubah Afghanistan menjadi medan perang yang melibatkan kekuatan internasional. Dukungan dari negara-negara luar, termasuk Amerika Serikat, memperkuat posisi Mujahidin dalam melawan pasukan Soviet dan akhirnya mundur pada akhir 1980-an.
Namun, ketiadaan stabilitas politik pasca penarikan pasukan Soviet memicu perebutan kekuasaan antar faksi. Taliban muncul pada 1990-an dan mengambil alih pemerintahan dengan janji membawa ketertiban. Kendati demikian, kebijakan mereka menuai kritik luas, khususnya dalam hal pelanggaran hak asasi manusia.
Situasi Afghanistan kembali menjadi sorotan dunia pasca serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat. Negara ini dijadikan target utama dalam perang melawan terorisme dengan koalisi internasional menggulingkan pemerintahan Taliban dan mendukung pembentukan pemerintah baru. Meski berbagai pemilu dan reformasi dilakukan, ketidakstabilan keamanan tetap menjadi tantangan utama.
Dalam dekade terakhir, negosiasi damai antara Amerika Serikat dan Taliban memberikan harapan akan akhir konflik, namun jatuhnya Kabul ke tangan Taliban pada 2021 seolah memerlihatkan kepada dunia bahwa jalan menuju perdamaian di Afghanistan masih panjang. Negara ini pun kini berada dalam fase baru yang penuh ketidakpastian dan tengahb berusaha menata ulang struktur politik dan sosialnya. (wrd)