Menilik Sejarah Tembok Besar Tiongkok

TIONGKOK | Priangan.com – Tembok Besar Tiongkok, sebuah mahakarya pertahanan kuno, berdiri sebagai saksi bisu upaya berabad-abad Tiongkok untuk melindungi wilayah intinya dari ancaman kelompok nomaden di utara, terutama suku Xiongnu dan berbagai suku penghuni stepa. Pembangunan struktur kolosal ini mulai menemukan bentuknya yang terpadu pada abad ke-3 SM.

Inisiatif awal yang paling signifikan diprakarsai oleh Qin Shi Huang, pendiri Dinasti Qin. Setelah berhasil menyatukan Tiongkok, ia memerintahkan penyatuan dan perluasan tembok-tembok pertahanan yang sebelumnya didirikan oleh negara-negara yang bertikai selama Zaman Negara-Negara Berperang. Proyek ini bertujuan menciptakan garis pertahanan yang kontinyu.

Secara geografis, Tembok Besar membentang melintasi wilayah utara Tiongkok, melewati sejumlah provinsi penting seperti Gansu, Ningxia, Shaanxi, Shanxi, Hebei, hingga mencapai Liaoning. Menurut kajian yang dilakukan oleh Administrasi Warisan Budaya Nasional Tiongkok, total panjang struktur ini, termasuk cabang dan jalur pendukungnya, diperkirakan melampaui angka 20.000 kilometer.

Proses pembangunan Tembok Besar tidak terjadi dalam satu waktu melainkan merupakan proyek berkelanjutan yang melibatkan berbagai dinasti. Dinasti Han, misalnya, memperluas tembok ke arah barat. Perluasan ini dilakukan demi mengamankan Jalur Sutra, rute perdagangan vital yang menghubungkan Timur dan Barat. Kemudian, antara abad ke-14 hingga ke-17, Dinasti Ming melakukan rekonstruksi besar-besaran.

Peningkatan ancaman militer dari bangsa Mongol mendorong Dinasti Ming untuk membangun kembali sebagian besar tembok yang dikenal saat ini menggunakan bahan yang lebih kokoh.
Tujuan utama Tembok Besar secara strategis adalah memperlambat manuver musuh. Selain itu, tembok ini berfungsi mengamankan jalur komunikasi militer dan sipil, serta meningkatkan kemampuan pengawasan perbatasan terhadap aktivitas perdagangan dan arus migrasi.

Metode konstruksi material tembok menunjukkan variasi seiring perubahan zaman. Pada masa awal Dinasti Qin dan Han, dinding dibangun menggunakan teknik tanah yang dipadatkan (rammed earth).

Lihat Juga :  Kerusuhan di New York Terjadi Hanya Karena Topi Jerami

Sementara itu, Dinasti Ming beralih menggunakan material yang lebih kuat, seperti batu bata, balok batu, dan mortar, yang menghasilkan struktur yang jauh lebih tahan lama. Tenaga kerja yang dikerahkan untuk proyek jangka panjang ini sangat besar, meliputi tentara, narapidana, dan pekerja wajib dari rakyat yang dikumpulkan secara massal.

Lihat Juga :  Sejarah Hagia Sophia, Mosaik Keberagaman Agama dan Arsitektur Melintasi Abad

Meskipun fungsi militer Tembok Besar perlahan berkurang seiring berkembangnya teknologi peperangan dan meluasnya batas-batas negara, keberadaannya tetap relevan. Hingga kini, Tembok Besar Tiongkok tidak hanya dianggap sebagai peninggalan militer, melainkan menjadi simbol sejarah, ketahanan, dan identitas budaya Tiongkok yang diakui dunia. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos