Menilik Kawasan Cihapit Tempo Doeloe

BANDUNG | Priangan.com – Kawasan Cihapit di Bandung menyimpan catatan sejarah panjang yang jarang diulas. Dari masa kolonial hingga zaman modern, kawasan ini menjadi saksi berbagai peristiwa penting yang ikut membentuk wajah kota.

Pada awal abad ke-20, pemerintah Hindia Belanda merencanakan Bandung sebagai calon pusat pemerintahan baru menggantikan Batavia. Sebagai bagian dari rencana itu, dibangun kawasan perumahan untuk para pegawai. Cihapit menjadi salah satu lokasi hunian, khususnya bagi pegawai pribumi kelas menengah ke bawah, dengan letak yang strategis di dekat taman kota.

Perjalanan Cihapit mengalami perubahan besar saat Jepang menduduki Indonesia. Kawasan ini diubah menjadi kamp tahanan terbuka bagi warga Eropa yang sebelumnya tinggal di Bandung. Kamp yang dikenal sebagai Bunsho II mulai digunakan pada 1942. Kondisinya penuh sesak, dengan satu rumah yang bisa ditempati hingga puluhan orang. Meski berada dalam tekanan, para penghuni tetap menggelar aktivitas sosial sederhana, termasuk pertunjukan kabaret untuk mengurangi ketegangan hidup di balik pengawasan ketat.

Seiring meningkatnya jumlah tahanan, kawasan lain di sekitar Cihapit dialihfungsikan menjadi kamp baru pada 1943 yang dikenal sebagai Bloemenkamp. Di sana, perempuan, anak-anak, dan orang tua ditempatkan. Situasi memang sulit, namun solidaritas antarpenghuni membuat suasana tetap bertahan. Kenangan tentang hiburan kecil dan kebersamaan menjadi bagian dari cerita yang diwariskan dari masa itu.

Setelah Indonesia merdeka, Cihapit kembali berfungsi sebagai pasar rakyat. Pasar ini berkembang menjadi salah satu pusat aktivitas masyarakat dengan suasana yang berbeda dari pasar tradisional pada umumnya. Kondisinya yang relatif tertata membuatnya menjadi pilihan warga untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Perkembangan zaman membawa Cihapit pada wajah baru. Pasar ini tidak hanya menjual bahan pokok, tetapi juga menjadi ruang bagi kuliner populer. Beberapa kios dan kedai di sekitarnya bahkan menjelma menjadi destinasi kuliner yang banyak dikunjungi warga lokal maupun wisatawan.

Lihat Juga :  Sejarah Hari Ini: Kemerdekaan Qatar dari Protektorat Inggris

Transformasi terus berlangsung ketika teknologi digital masuk ke sektor perdagangan. Cihapit beradaptasi dengan sistem belanja daring, memungkinkan para pedagang menjangkau pembeli tanpa bergantung pada transaksi langsung. Langkah ini terbukti penting ketika pandemi melanda, menjaga roda ekonomi agar tetap bergerak.

Lihat Juga :  Kisah Robert Cornelius, Pencipta Selfie Pertama dan Ahli Penerangan yang Jenius

Kini, Cihapit bukan sekadar pasar, melainkan ruang yang merekam perjalanan sejarah panjang Bandung.  (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos