KOREA SELATAN | Priangan.com – Perang Korea, dimulai pada 25 Juni 1950 ketika dengan sekitar 75.000 tentara dari Tentara Rakyat Korea Utara menyerbu melintasi garis lintang 38 derajat, batas antara Republik Rakyat Demokratik Korea yang didukung Soviet di utara dan Republik Korea yang pro-Barat di selatan.
Invasi ini merupakan aksi militer pertama dalam Perang Dingin dan memicu ketegangan global yang mempengaruhi berbagai aspek politik dan militer di seluruh dunia.
Setelah Perang Dunia II, semenanjung Korea yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Jepang dibagi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pada Agustus 1945, dua ajudan muda di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat membagi Korea menjadi dua zona pengaruh, yaitu: utara diduduki oleh Soviet dan selatan oleh Amerika Serikat. Keputusan ini secara tidak sengaja mendaratkan Korea di pusat ketegangan internasional.
Di selatan, Syngman Rhee (1875-1965) menjadi pemimpin antikomunis yang mendapat dukungan dari Amerika Serikat. Sementara di utara, Kim Il Sung (1912-1994), didukung oleh Soviet, memimpin Korea Utara dengan ideologi komunis.
Kendati begitu, ketidakpuasan kedua belah pihak terhadap garis lintang 38 derajat menyebabkan ketegangan yang sering kali berujung pada bentrokan kecil. Hingga sebelum perang resmi dimulai, hampir 10.000 tentara dari kedua belah pihak telah kehilangan nyawa dalam pertempuran perbatasan.
Invasi Korea Utara mengejutkan pejabat Amerika Serikat. Bagi mereka, ini bukan hanya sengketa wilayah antara dua kediktatoran, melainkan langkah awal dalam kampanye komunis untuk mendominasi dunia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa tidak melakukan intervensi akan mendorong ekspansi Soviet ke Eropa dan memicu potensi Perang Dunia III.
Pada bulan April 1950, laporan NSC-68 merekomendasikan penggunaan kekuatan militer untuk menahan komunisme global tanpa mempedulikan nilai strategis atau ekonomi dari wilayah yang terkena dampak.
Sementara, Presiden Harry Truman (1884-1972) dan Jenderal Douglas MacArthur (1880-1964) awalnya memandang Perang Korea sebagai perang defensif untuk membebaskan Korea Selatan dari ancaman komunisme.
Namun, ketika pasukan Amerika mulai melintasi perbatasan dan bergerak menuju Sungai Yalu, Tiongkok merasa terancam dan mengirimkan pasukannya untuk mempertahankan perbatasan mereka. Mao Zedong (1893-1976) memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak melanjutkan serangan, jika tidak ingin terlibat dalam perang skala penuh.
Ketegangan meningkat antara Truman dan MacArthur mengenai strategi perang. MacArthur, yang mendukung perang total melawan Tiongkok, mengirim surat yang menuntut pertempuran tanpa henti melawan komunisme, yang akhirnya menyebabkan pemecatannya oleh Truman pada April 1951.
Pada Juli 1951, perundingan damai dimulai di Panmunjom. Meskipun pertempuran masih berlanjut di sepanjang garis lintang 38 derajat, kedua belah pihak setuju untuk mengadakan gencatan senjata. Perundingan berlangsung lebih dari dua tahun dan akhirnya menghasilkan kesepakatan pada 27 Juli 1953.
Karenanya, gencatan senjata mengizinkan tawanan perang untuk tinggal di tempat yang mereka pilih, menetapkan batas baru yang memberikan Korea Selatan tambahan wilayah, dan menciptakan zona demiliterisasi selebar 2 mil yang masih ada hingga saat ini.
Perang Korea, meskipun sering disebut sebagai “Perang yang Terlupakan,” tetap menjadi bagian penting dari sejarah Perang Dingin dan membentuk lanskap geopolitik yang ada hingga saat ini, dengan semenanjung Korea yang masih terbelah antara utara dan selatan. (mth)