Mengenang Tragedi Panjalu 1908; Bencana Longsor Besar yang Sebabkan Korban Ratusan Jiwa

CIAMIS | Priangan.comTahun 1908 mungkin menjadi tahun yang kelam bagi masyarakat di sekitaran Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Pasalnya, pada saat itu sebuah bencana longsor besar melanda kawasan yang kala itu masih bernama Desa Cihoeboehan. Peristiwa ini menelan ratusan korban jiwa dan menjadi salah satu tragedi alam paling memilukan yang tercatat di Tatar Priangan.

Longsor terjadi pada akhir Desember, tepatnya tanggal 29 Desember 1908. Dua hari sebelumnya, retakan besar sudah terlihat di jalur utama yang menghubungkan Ciamis dan Cirebon. Pemerintah kolonial di masa itu sempat mengimbau warga untuk mengungsi, bahkan enam keluarga sudah lebih dulu meninggalkan rumahnya. Namun sebagian besar penduduk memilih bertahan karena merasa tempat tinggal mereka cukup aman dari bahaya.

Hujan deras yang turun sepanjang malam memperparah kondisi tanah di sekitar lokasi. Pada dini hari, longsor besar pun tak terhindarkan. Dalam hitungan detik, rumah-rumah, hewan ternak, hingga pepohonan lenyap tertimbun material longsoran. Dari catatan yang ada, sedikitnya ada 255 orang yang tengah berada di rumah ketika kejadian, dan hanya sekitar 40 orang saja yang berhasil selamat, sebagian besar berakhir dalam kondisi luka berat.

Selain warga sipil, kejadian ini juga menewaskan para petugas yang berjaga untuk memberi peringatan kepada penduduk. Akses transportasi pun lumpuh total karena sepanjang 500 meter jalur utama amblas ke jurang. Beberapa jembatan besi dan gorong-gorong ikut hilang tersapu longsoran. Situasi ini membuat perjalanan Ciamis–Cirebon terhenti selama berbulan-bulan.

Jumlah korban yang dilaporkan kemudian semakin bertambah. Sedikitnya ada lebih dari 500 jiwa yang kehilangan nyawa. Duka mendalam ini mengundang kepedulian dari berbagai pihak. Residen Cirebon, J. Oudemans, menggalang dana bantuan dari masyarakat di karesidenan.

Lihat Juga :  Misteri Agen 355, Perjuangan Mata-Mata Wanita Tersembunyi di Balik Revolusi

Di kota-kota besar, sejumlah kelompok perempuan juga mengadakan kgiatan amal untuk korban. Pemerintah kolonial pun menyalurkan bantuan berupa pinjaman dana, pakaian, makanan, serta lahan baru untuk membangun kembali rumah para korban.

Lihat Juga :  Aneka Sajian Daging Malon atau Manuk Londo, Kuliner Unik yang Berkhasiat

Namun, di balik penanganan bencana, terselip kisah lain yang tak kalah pahit. Wedana Panjalu saat itu, Raden Soera Adining Soerja, diberhentikan dari jabatannya oleh pemerintah kolonial. Ia dinilai lalai karena tidak berada di lokasi bencana dan hanya mengutus bawahannya yang kemudian ikut menjadi korban. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos