JAKARTA | Priangan.com – Kopi, minuman yang telah mengukir dirinya dalam kehidupan sehari-hari, kini menjadi teman sejati bagi jutaan orang di seluruh dunia. Dari nongkrong di kafe hingga menemani kerja di kantor, kopi seolah tak terpisahkan dari rutinitas.
Asal-usul kopi di dunia sering kali dikaitkan dengan kisah seorang penggembala kambing asal Ethiopia, Kaldi. Pada suatu hari, Kaldi mendapati kambing-kambingnya menjadi sangat enerjik setelah memakan buah beri dari sebuah pohon. Rasa penasaran mendorongnya untuk melaporkan penemuan ini kepada para biarawan di sebuah biara setempat. Para biarawan mulai mengolah biji kopi tersebut menjadi minuman yang terbukti mampu menjaga mereka tetap terjaga sepanjang malam.
Dari Ethiopia, pengetahuan tentang kopi pun menyebar ke wilayah Arab, dan akhirnya mencapai Eropa pada abad ke-17. Awalnya, banyak orang Eropa yang skeptis terhadap kopi, bahkan ada yang menyebutnya sebagai “bitter invention of Satan” atau “penemuan pahit dari setan.” Namun, kontroversi ini segera berakhir ketika Paus Clement VIII mencicipi kopi dan memutuskan bahwa minuman tersebut layak untuk dikonsumsi, bahkan memberikan persetujuannya untuk diperjualbelikan.
Kopi pun mulai diterima luas sebagai minuman favorit, terutama di kalangan orang Eropa. Pagi hari yang sebelumnya dihiasi dengan bir atau wine, perlahan digantikan oleh secangkir kopi yang dipercaya dapat memberikan energi untuk memulai hari. Seiring dengan popularitasnya yang semakin meluas, orang-orang Eropa mulai mencari cara untuk menumbuhkan biji kopi di luar wilayah Arab. Belanda menjadi negara pertama yang berhasil menanam kopi di tanah jajahannya, yakni di Batavia (sekarang Jakarta), Indonesia.
Sementara sejarah kopi di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1830 hingga 1870, di era Tanam Paksa (Cultuurstelsel), pemerintah Belanda membuka perkebunan kopi di pulau Jawa, Sumatra, dan beberapa wilayah Indonesia Timur. Kopi yang ditanam saat itu adalah kopi Arabika yang didatangkan langsung dari Yaman. Pulau Jawa menjadi pusat perkebunan kopi, dengan daerah seperti Jakarta, Sukabumi, Bogor, Mandailing, dan Sidikalang menjadi penghasil kopi utama.
Namun, pada abad ke-20, perkebunan kopi Indonesia menghadapi tantangan besar ketika serangan hama mematikan menghancurkan sebagian besar tanaman kopi. Untuk mengatasi masalah ini, Belanda mengganti jenis kopi yang ditanam dengan varietas yang lebih tahan terhadap hama, seperti kopi Liberika dan Ekselsa. Namun, kopi Liberika tidak berhasil populer dan tetap rentan terhadap serangan hama.
Sebagai solusi, kopi Robusta mulai ditanam di Indonesia. Varietas ini terbukti lebih tahan terhadap hama dan lebih mudah tumbuh di berbagai daerah, menjadikannya komoditas ekspor yang sangat penting bagi Indonesia hingga saat ini.
Seiring berjalannya waktu, infrastruktur seperti jalur rel kereta api dan kapal laut dibangun untuk mendukung distribusi hasil perkebunan kopi antar daerah. Kopi Indonesia mulai dikenal di pasar internasional, dan negara ini pun menjadi salah satu penghasil kopi terbesar di dunia.
Setelah Indonesia merdeka, perkebunan kopi yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda beralih ke tangan pemerintah Indonesia. Saat ini, Indonesia menempati peringkat keempat sebagai produsen kopi terbesar di dunia. Keberhasilan ini tak terlepas dari keberagaman iklim dan topografi Indonesia yang sangat mendukung pertumbuhan tanaman kopi.
Kopi kini bukan hanya menjadi minuman yang digemari, tetapi juga menjadi salah satu komoditas ekspor utama yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Kopi Indonesia yang khas, seperti kopi Aceh, kopi Toraja, dan kopi Gayo, telah diakui dunia karena cita rasanya yang unik.
Dari penemuan tak sengaja oleh Kaldi di Ethiopia hingga menjadi komoditas ekspor utama Indonesia, perjalanan kopi merupakan kisah yang panjang dan penuh warna. Kopi tidak hanya menggugah selera, tetapi juga memegang peranan penting dalam sejarah dunia dan perekonomian Indonesia. Kini, secangkir kopi bukan sekadar minuman, melainkan simbol kehidupan yang telah menjadi bagian dari budaya global. Jadi, saat kamu menikmati secangkir kopi, ingatlah perjalanan sejarah panjang yang mengiringinya. (mth)