SUMATRA UTARA | Priangan.com – Provinsi Sumatra Utara dikenal sebagai rumah bagi beragam suku dan agama. Di wilayah ini, ada banyak sekali tradisi dan budaya yang sudah dilakukan secara turun temurun sejak berabad-abad lalu. Salah satu tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini adalah Mangokal Holi, sebuah upacara sakral masyarakat Batak Toba yang berakar dari kepercayaan kuno.
Upacara Mangokal Holi punya arti menggali tulang. Ini adalah ritual penting yang dilakukan untuk menghormati para leluhur. Dalam tradisi ini, tulang-belulang anggota keluarga yang telah lama dimakamkan digali kembali dan dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi, biasanya ke bukit atau lokasi dengan batuan yang keras. Tujuan utamanya adalah untuk menempatkan tulang leluhur di tempat yang lebih terhormat, sebagai simbol penghargaan dan doa bagi keselamatan mereka di alam baka.
Mangokal Holi bukanlah ritual yang dilakukan sembarangan. Prosesnya pun sangat panjang. Mulanya, ritual ini dilakukan dengan penggalian makam, sebelum akhirnya tulang belulang orang yang telah meninggal itu diambil dan dipindahkan.
Penggaliannya pun tidak boleh dilaukan sembarang, ada rangkaian upacara adat yang bisa berlangsung selama beberapa hari. Selama upacara berlangsung, keluarga besar akan berkumpul untuk menjalin kembali hubungan kekerabatan, tak hanya antar anggota keluarga tetapi juga dengan leluhur mereka.
Selain aspek spiritual, acara ini juga menjadi ajang untuk memperkuat nilai-nilai sosial seperti persaudaraan dan solidaritas. Masyarakat Batak Toba percaya bahwa dengan melaksanakan Mangokal Holi, mereka akan memperoleh tiga berkah utama: Hagabean (panjang umur), Hasangapan (kehormatan), dan Hamoraon (kekayaan). Meski zaman terus berubah, tradisi ini tetap dijalankan oleh masyarakat, terutama di daerah-daerah pedalaman Sumatra Utara.
Setelah upacara penggalian selesai, acara kemudian diakhiri dengan doa bersama dan makan besar di rumah keluarga. Penyembelihan kerbau biasanya menjadi bagian dari ritual ini. dagingnya disajikan sebagai hidangan utama jamuan besar. Sebagai simbol penghormatan, makanan persembahan akan dipersembahkan kepada hula-hula (pihak keluarga yang memberikan ulos) sebagai tanda terima kasih.
Mangokal Holi bukan hanya sekadar upacara, tetapi juga mengandung makna yang dalam bagi masyarakat Batak Toba. Setiap elemen dalam upacara ini memiliki simbolisme yang kuat, terutama ulos, kain tenun tradisional yang sering digunakan dalam pelbagai upacara adat.
Penggunaan ulos dalam upacara ini juga mengandung makna yang cukup dalam, ulos melambangkan hubungan antara manusia dan Tuhan, di mana pemberian ulos adalah bentuk permohonan perlindungan dan harapan agar Tuhan senantiasa memberikan keselamatan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, setiap pemberian ulos selalu disertai dengan doa-doa dari pihak yang memberikan.
Tradisi Mangokal Holi ini menunjukkan betapa kuatnya nilai-nilai spiritual dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Mulai dari Martonggo raja (musyawarah adat) hingga prosesi penggalian dan doa bersama, semuanya mencerminkan penghormatan terhadap Tuhan dan leluhur. Nyanyian pujian serta doa-doa yang dipanjatkan selama upacara menggambarkan keyakinan mereka akan pentingnya restu dari yang Maha Kuasa agar seluruh prosesi berjalan dengan lancar.
Upacara ini juga menjadi kesempatan untuk memperkuat ikatan sosial dan spiritual antara masyarakat Batak Toba dengan leluhur mereka, serta antara sesama anggota keluarga. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam Mangokal Holi menjadikan upacara ini bukan sekadar tradisi, melainkan warisan budaya yang kaya akan makna dan terus dipertahankan di tengah perubahan zaman. (ersuwa)