Historia

Mampu Menyingkap yang Tak Terlihat, Ini Dia Perjalanan Penemuan Sinar-X

Peneliti mengambil sinar-X dengan alat tabung Crookes kuno pada akhir tahun 1800-an. | Wikimedia Commons.

WÜRZBURG | Priangan.com – Di penghujung abad ke-19, dunia tengah diliputi oleh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Era ini menjadi saksi banyak penemuan yang mengubah cara manusia memahami alam semesta, salah satunya adalah penemuan sinar-X oleh Wilhelm Conrad Röntgen pada November 1895.

Awalnya, Röntgen tidak berniat menemukan sesuatu yang revolusioner. Ia tengah meneliti sinar katoda di laboratoriumnya di Würzburg, Jerman. Dalam percobaannya, ia menutupi tabung vakum dengan karton hitam dan mengalirkan arus listrik. Tanpa diduga, papan berlapis barium platinocyanide di dekatnya memancarkan cahaya. Ia pun menyadari bahwa ada jenis sinar baru yang mampu menembus objek.

Temuan ini segera menarik perhatian dunia. Salah satu eksperimen awalnya adalah mengambil foto tangan istrinya, Anna Bertha Röntgen. Foto tersebut memperlihatkan tulang-tulang tangan serta cincin kawinnya. Anna Bertha terkejut dan mengatakan bahwa ia seperti melihat kematian.

Penemuan sinar-X membawa dampak besar bagi dunia medis. Pada 1896, dokter John Francis Hall-Edwards di Inggris berhasil menggunakan sinar-X untuk menemukan jarum yang tertanam di tangan rekannya. Teknologi ini pun mulai digunakan di rumah sakit sebagai alat diagnostik.

Namun, tidak semua orang langsung percaya. Fisikawan terkenal Lord Kelvin sempat menganggap sinar-X sebagai hoaks. Sementara itu, ilmuwan lain seperti Philipp Lenard merasa bahwa eksperimen sinar katodanya telah membuka jalan bagi Röntgen.

Masyarakat juga merespons dengan antusiasme yang unik. Tren “potret tulang” menjadi populer di studio foto. Bahkan, ada kekhawatiran bahwa sinar-X bisa digunakan untuk mengintip pakaian, sehingga muncul produk pakaian dalam berlapis timbal sebagai perlindungan.

Sayangnya, dampak negatif dari sinar-X baru disadari belakangan. Banyak peneliti dan pengguna awal mengalami luka bakar hingga kanker akibat paparan radiasi. Clarence Dally, asisten Thomas Edison, kehilangan kedua lengannya sebelum meninggal karena kanker pada 1904. Hal yang sama dialami Hall-Edwards yang harus diamputasi akibat nekrosis radiasi. Baru pada 1921, regulasi keselamatan mulai diterapkan.

Tonton Juga :  Ki Hadjar Dewantara; Sang Pionir Pendidikan Indonesia

Meski demikian, sinar-X terus berkembang dan menjadi bagian penting dalam dunia medis.

Röntgen sendiri menolak mematenkan penemuannya karena ingin teknologi ini dapat digunakan oleh semua orang. Ia bahkan menyumbangkan hadiah Nobel yang diterimanya pada tahun 1901 ke Universitas Würzburg. Di akhir hidupnya, ia mengalami kesulitan finansial akibat inflasi Jerman dan meninggal pada tahun 1923 karena kanker usus.

Penemuan sinar-X tetap menjadi tonggak penting dalam sejarah ilmu pengetahuan dan kedokteran. Hingga kini, teknologi ini terus berkembang dan berkontribusi dalam berbagai bidang, terutama dalam diagnosis medis dan penelitian ilmiah. (LSA)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: