Makin Deras! Budayawan Ikut Dukung Peninjauan Ulang Tanggal Hari Jadi Kota Tasik

TASIKMALAYA | Priangan.com – Dukungan terhadap peninjauan penetapan tanggal Hari Jadi Kota Tasikmalaya semakin deras. Kali ini datang dari kalangan budayawan yang menilai kalau langkah tersebut penting untuk menegaskan kembali pemahaman sejarah kelahiran kota secara lebih akurat dan bermakna.

Praktisi seni dan budaya Tasikmalaya, Tatang Pahat, menuturkan, peringatan tanggal 17 Oktober 2001 seharusnya dimaknai sebagai momentum lahirnya pemerintahan Kota Tasikmalaya, bukan hari jadi kotanya. Menurutnya, terdapat perbedaan mendasar antara hari lahir pemerintahan dan hari lahir sebuah kota.

“Kalau misalkan peringatan sekarang ini dimunculkan sebagai hari jadi pemerintahan Kota Tasikmalaya, itu selesai, tidak ada masalah. Tapi ini kan diperingati sebagai hari jadi kota. Berbicara kota itu tidak identik dengan pemerintahan. Kota Tasikmalaya sesungguhnya lahir pada tahun 1901, ketika ibu kota Kabupaten Sukapura dipindahkan dari Manonjaya ke Tasikmalaya,” kata dia, Rabu (15/10/2025).

Tatang menegaskan, penetapan tanggal 17 Oktober sebagai hari jadi kota pasti akan menimbulkan perdebatan historis. Sebab, menurutnya, tanggal tersebut tidak merepresentasikan momen terbentuknya entitas kota secara sosial dan budaya.

“Sekali lagi, kalau sekarang 17 Oktober itu disebut hari jadi pemerintahan kota, itu clear, tidak ada masalah. Tapi kalau disebut hari jadi kota Tasik, justru debatable,” tambahnya.

Sementara itu, budayawan sekaligus teaterawan Tasikmalaya, AB Asmarandana, menyambut baik langkah Soekapoera Institute yang mengusulkan peninjauan kembali tanggal penetapan hari jadi kota. Ia menilai inisiatif tersebut wajar secara akademik dan patut diapresiasi karena berangkat dari penelitian yang memiliki dasar kuat.

“Menurut saya ini langkah yang penting dan wajar secara akademik. Bahkan perlu diapresiasi,” katanya.

Ia menjelaskan, dalam kajian Soekapoera Institute, penetapan tanggal 17 Oktober 2001 sebagai Hari Jadi Kota Tasikmalaya dinilai hanya didasarkan pada peristiwa seremonial peresmian pemerintahan kota otonom, bukan pada momen lahirnya kota secara historis. Sedangkan tanggal 1 Desember 1901 dianggap lebih tepat karena menandai perpindahan ibu kota Kabupaten Sukapura ke Tasikmalaya yang menjadi awal terbentuknya sistem sosial, ekonomi, dan budaya perkotaan.

Lihat Juga :  Protes di Sidang DPD RI, Komeng: Bingung Ditempatkan di Komite yang Bukan Bidangnya

“Kalau disimpulkan secara sederhana, tanggal 17 Oktober 2001 itu momentum administratif, sedangkan tanggal 1 Desember 1901 adalah momentum historis dan kultural, ketika kota ini mulai terbentuk sebagai peradaban,” imbuhnya.

Lihat Juga :  Soekapoera Institute Minta DPRD Tinjau Ulang Perda Hari Jadi Kota Tasik

Ia berharap, pemerintah dan DPRD dapat membuka ruang dialog untuk membahas persoalan ini dengan bijak. Menurutnya, peninjauan hari jadi bukan soal mengubah sejarah, tetapi memperdalam kesadaran tentang sejak kapan Tasikmalaya benar-benar menjadi kota dalam arti sosial dan kebudayaan.

“Yang dipersoalkan Soekapoera bukan sekadar tanggal, tapi kesadaran sejak kapan kita benar-benar menjadi kota. Dari diskusi seperti ini, kesadaran kebudayaan bisa tumbuh,” ucapnya. (Eri)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos