PURWOREDJO | Priangan.com – Sarwo Edhie Wibowo adalah seorang tokoh ternama dalam dunia militer. Lahir di Purworedjo, Jawa tengah, pada 25 Juli 1925, Sarwo Edhie merupakan putra dari pasangan Raden Kartowilogo dan Raden Ayu Sutini.
Sejak berusia remaja, pria dengan sapaan akrab Edhie, itu sudah menunjukkan kecintaannya terhadap dunia militer. Ketika Jepang masih menduduki Indonesia, misalnya, ia selalu dibuat kagum tatkala melihat tentara Nippon menggunakan persenjataan lengkap.
Menginjak usia dewasa, ketertarikan Edhie terhadap militer pun semakin menjadi-jadi. Ia akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan organisasi militer bentukan Jepang, Pembela Tanah Air (PETA). Karier itu terus berlanjut hingga Indonesia berhasil meraih kemerdekaannya.
Pasca proklamasi, Edhie kemudian masuk ke Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kelak menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sejak saat itu, karier militernya terus merangkak naik. Ia pernah dipercaya menjadi Komandan Batalion di Divisi Diponegoro hingga menjadi Komandan Resimen. Berbagai pengalaman ini tentu saja semakin mengasah ketajamannya di bidang militer.
Ada banyak kiprah dan kontribusi yang dilakukan oleh Sarwo Edhie saat berkarier di bidang militer. Salah satunya adalah penumpasan anggota PKI pasca kejadian G30SPKI.
Kiprah itu bermula ketika operasi G30SPKI dilakukan pada akhir September 1965. Sedikitnya ada enam jenderal dan satu perwira TNI AD yang tewas dibunuh dalam operasi keji tersebut. Salah satu jenderal yang jadi korban, adalah sahabat dekat Edhie, yakni Jenderal Ahmad Yani.
Kejadian tragis ini tentu saja membuat Edhie merasa terpukul. Ia yang kala itu telah menjabat sebagai Komandan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau Kopassus sekarang, kemudian dipercaya untuk memimpin operasi penumpasan PKI dan merebut lokasi-lokasi strategis seperti Gedung RRI, Kantor Telekomunikasi, dan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Dalam waktu singkat, operasi itu pun berhasil menumpas kekuatan PKI. Tercatat, dalam operasi ini sedikitnya ada 3 juta orang yang ditenggarai anggota PKI berhasil diberangus.
Tak hanya lewat penumpasan anggota PKI, peran ayah dari Kristiani Herrawati alias Ani Yudhoyono ini juga turut berkontribusi dalam melawan kelompok separatis Papua di era kepemimpinan Presiden Soeharto. Strategi yang diterapkan oleh Edhie kala itu terbilang unik. Alih-alih langsung melancarkan serangan melawan kelompok separatis pimpinan Lodewijk Mandatjan itu, Sarwo Edhie justru menerapkan strategi persuasif yang mengedepankan negosiasi dan pendekatan kemanusiaan.
Pada saat itu, Edhie menginstruksikan pasukannya untuk mengedarkan selebaran yang berisi ajakan agar para pemberontak turun gunung dan kembali ke pangkuan NKRI. Berkat upayanya, sekitar 14.000 anggota separatis, termasuk Lodewijk Mandatjan, menyerahkan diri tanpa ada pertempuran besar yang menyebabkan korban jiwa. (ldy)