JAKARTA | Priangan.com – Meraih kemerdekaan bagi Negara Republik Indonesia tidaklah mudah. Harus menempuh jalan panjang, terjal, serta berdarah-darah. Selama masa penjajahan, banyak tokoh pribumi yang gugur. Mengorbankan jiwa raga mereka demi memerdekakan tanah air tercinta ini.
Meski begitu, fakta menunjukkan bahwa kemerdekaan Republik Indonesia tak hanya diperjuangkan oleh bangsa pribumi saja. Ada sederet tokoh asing yang juga turut berjasa.
Laksamana Maeda Tadashi, misalnya. Perwira tinggi Angkatan Laut Jepang di Hindia Belanda itu dikenang sebagai salah satu tokoh asing yang punya kontribusi besar dalam kemerdekaan Indonesia.
Di masa silam, Maeda rela meminjamkan rumahnya yang berada di di Jalan Meiji Dori (sekarang Jalan Imam Bonjol Nomor 1), Jakarta Pusat, sebagai tempat untuk merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Padahal, secara kewarganegaraan, ia merupakan bagian dari bangsa Nipon yang kala itu tengah menjajah republik ini.
Alasan utama Maeda rela meminjamkan rumahnya lantaran memiliki kedekatan dengan sederet tokoh nasional, seperti Ahmad Soebardjo, Mohammad Hatta, dan Ir. Soekarno. Di sisi lain, Rumah Maeda juga dipilih karena menjadi salah satu tempat yang paling aman yang tidak akan digeledah oleh Angkatan Darat Jepang.
Sehari sebelum pembacaan teks proklamasi, Maeda juga sempat membantu para tokoh proklamator untuk mencari Ir. Soekarno yang kala tengah disembunyikan oleh golongan muda ke Rengasdengklok untuk menjauhkannya dari pengaruh Jepang.
Berkat bantuan para intelijennya, Ir. Soekarno pun akhirnya berhasil ditemukan. Tepat pada tanggal 17 Agustus 1045, teks proklamasi pun berhasil dibacakan di kediaman Ir. Soekarno pada pukul 10.00 WIB.
Dukungan Maeda terhadap republik ini tak hanya ditunjukan dalam proses penyusunan teks proklamasi. Jauh sebelum itu, Maeda juga pernah menunjukkan kepeduliannya kepada NKRI lewat pendirian Asrama Indonesia Merdeka yang ditujukan untuk memberikan pendidikan politik bagi para pemuda Indonesia.
Asrama tersebut, berada di bilangan Kebon Sirih, Jakarta. Tercatat, banyak tokoh-tokoh pribumi yang belajar di sana, termasuk Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Subardjo.
Meski begitu, walau namanya harum di pelataran negeri ini, nasib Maeda di Jepang tak seharum itu. Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya, Maeda ditangkap oleh pihak sekutu. Ia kemudian dijebloskan ke balik jeruji besi hingga tahun 1947 lantaran dianggap sebagai pengkhianat.
Tak berhenti sampai di sana, selepas menjalani masa tahanan, ia juga diseret ke Mahkamah Militer Jepang. Meski demikian, dalam persidangan, Maeda akhirnya dinyatakan tidak bersalah dan berhak untuk hidup bebas. (ldy)