JAKARTA | Priangan.com – Pembela Tanah Air (PETA) merupakan pasukan sukarela bentukan Jepang yang muncul di masa pendudukan dan kemudian berperan penting dalam sejarah militer Indonesia. Kesatuan ini dibentuk sebagai pasukan teritorial yang bertugas mempertahankan wilayah Jawa dan Madura dari ancaman Sekutu sekaligus menjadi wadah pelatihan militer bagi pemuda Indonesia.
Pembentukan PETA lahir dari keputusan militer Jepang yang saat itu mulai terdesak dalam Perang Pasifik. Panglima Tentara Ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada, mengeluarkan maklumat yang mengizinkan perekrutan pemuda pribumi menjadi pasukan sukarela. Gagasan ini juga didorong oleh usulan R. Gatot Mangkupradja, tokoh nasionalis yang menyampaikan agar bangsa Indonesia diberi kesempatan ikut membela tanah airnya sendiri.
Proses rekrutmen dilakukan melalui sukarelawan dari kalangan pemuda, pelajar, dan masyarakat. Mereka dilatih oleh instruktur militer Jepang dengan disiplin ketat, mulai dari taktik perang, strategi pertahanan, hingga manajemen komando. Struktur pasukan dibagi dalam satuan teratur, batalion yang dipimpin seorang daidanco, diikuti kompi, peleton, dan regu. Untuk jabatan komandan, banyak diisi oleh orang Indonesia yang memiliki latar pendidikan atau kedudukan sosial yang dianggap layak.
Pusat latihan perwira PETA berada di Bogor yang dikenal sebagai Kanbu Renseitai. Dari tempat inilah lahir kader-kader militer Indonesia yang kelak memainkan peran besar setelah Proklamasi. Meski berada di bawah pengawasan Jepang, keberadaan PETA memberi pengalaman tempur sekaligus membangkitkan rasa percaya diri bangsa dalam membangun kekuatan pertahanan sendiri.
Fungsi awal PETA adalah memperkuat pertahanan Jepang, namun bagi Indonesia dampaknya jauh lebih luas. Pasukan ini menjadi sekolah militer pertama bagi banyak pemuda, mencetak tokoh-tokoh yang kelak memimpin perjuangan bersenjata dan menjadi cikal bakal terbentuknya Tentara Nasional Indonesia. Warisan inilah yang membuat lahirnya PETA tetap dipandang sebagai peristiwa penting dalam perjalanan bangsa. (wrd)