JAKARTA | Priangan.com – Tanggal 20 Agustus menjadi salah satu tanggal penting sekaligus bersejarah bagi Indonesia. Pasalnya, tepat pada hari itu di tahun 1945, pemerintahan Indonesia yang baru saja berdiri membentuk Badan Keamanan Rakyat atau BKR. Langkah tersebut diputuskan dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai jawaban atas kebutuhan mendesak untuk menjaga keamanan pasca proklamasi.
Situasi saat itu jauh dari stabil. Jepang memang telah menyatakan menyerah kepada Sekutu, namun pasukannya masih tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan persenjataan yang lengkap. Sementara itu, tentara Sekutu bersama Belanda diperkirakan akan segera datang untuk mengambil alih kekuasaan. Di sisi lain, euforia kemerdekaan mendorong semangat rakyat untuk angkat senjata, terutama para pemuda yang sebelumnya tergabung dalam PETA, Heiho, maupun laskar perjuangan.
Dalam kondisi demikian, pemerintah mengambil sikap hati-hati. Keinginan rakyat untuk memiliki tentara nasional sebenarnya sangat besar, namun langkah itu dikhawatirkan dapat memicu konfrontasi dengan Jepang yang masih berada di Indonesia. Karena itu, BKR dibentuk bukan sebagai angkatan perang resmi, melainkan sebagai badan yang bertugas menjaga ketertiban umum dan keamanan masyarakat. Meski demikian, keberadaan mantan prajurit terlatih di dalamnya menjadikan BKR memiliki kekuatan yang cukup besar.
Struktur BKR dibentuk di tingkat pusat hingga daerah, melibatkan banyak tokoh pergerakan dan militer. Dari organisasi inilah cikal bakal tentara Indonesia lahir. Hanya dalam hitungan minggu, kebutuhan akan pertahanan yang lebih terorganisasi membuat BKR bertransformasi menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945. Perjalanan panjang itu kemudian berlanjut hingga lahirnya Tentara Nasional Indonesia yang kita kenal saat ini.
Keputusan PPKI pada 20 Agustus 1945 tercatat sebagai salah satu pijakan penting republik muda dalam mempertahankan kemerdekaan. Dari sebuah badan sederhana yang berfungsi menjaga keamanan, lahirlah institusi militer yang kemudian menjadi benteng utama kedaulatan negara. (wrd)