Historia

Krisis Rudal Kuba: Perang Dingin yang Hampir Picu Perang Nuklir

Pesawat AS terbang di atas kapal kargo Uni Soviet selama krisis rudal Kuba | Net

KUBA | Priangan.com – Krisis Rudal Kuba diperingati setiap tanggal 14 Oktober. Krisis ini merupakan salah satu peristiwa paling menegangkan dalam sejarah Perang Dingin. Krisis tersebut melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet, dua kekuatan super dunia yang hampir membawa dunia pada jurang perang nuklir pada tahun 1962.

Krisis ini dimulai ketika AS menempatkan rudal balistik jarak menengah di beberapa lokasi strategis di Eropa. Pada akhir 1950-an, AS menempatkan 30 rudal PGM-19 Jupiter di Italia dan 15 rudal serupa di Turki. Penempatan rudal ini membuat Uni Soviet merasa terancam karena rudal-rudal tersebut mampu mencapai wilayah-wilayah penting, termasuk Moskow dan kota-kota besar lainnya.

Tak hanya itu, AS juga mendukung upaya penggulingan pemerintahan Kuba yang dipimpin oleh Fidel Castro. CIA melatih pasukan paramiliter yang terdiri dari ekspatriat Kuba sebagai bagian dari rencana untuk menggulingkan pemerintahan tersebut. Ini menjadi kekhawatiran besar bagi Uni Soviet, karena Kuba merupakan salah satu sekutu terdekat mereka di kawasan Amerika Latin.

Sebagai respons atas ancaman rudal di Eropa dan kemungkinan invasi ke Kuba, pemimpin Soviet Nikita Khrushchev menyusun rencana rahasia bersama Fidel Castro untuk menempatkan rudal nuklir di Kuba. Pada Juli 1962, mereka sepakat untuk mendirikan pangkalan rudal di delapan lokasi di pulau tersebut sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan invasi AS.

Pada 14 Oktober 1962, pesawat mata-mata U-2 milik Amerika Serikat terbang di atas Kuba dan memotret lokasi-lokasi yang menunjukkan pembangunan pangkalan rudal Soviet. Ketika foto-foto ini diperiksa oleh para analis intelijen, mereka menyadari bahwa Uni Soviet telah mulai menempatkan rudal nuklir di Kuba. Temuan ini segera dilaporkan kepada Presiden John F. Kennedy, yang segera mengadakan pertemuan darurat dengan para penasihat militernya.

Tonton Juga :  Kisah Nyata Politisi yang Berpura-pura Mati Demi Lari Dari Skandal

Sebagai langkah awal, Kennedy memerintahkan blokade laut di sekitar Kuba. Blokade ini bertujuan untuk mencegah pengiriman lebih lanjut peralatan militer dari Uni Soviet. Pada saat yang sama, Kennedy juga menuntut agar rudal-rudal yang telah ditempatkan di Kuba segera dibongkar dan dikembalikan ke Uni Soviet.

Krisis mencapai puncaknya pada 24 Oktober 1962, ketika 14 kapal Soviet yang membawa senjata mendekati garis blokade AS. Situasi semakin memanas ketika kapal-kapal Soviet ini didampingi oleh kapal selam, yang dilaporkan oleh Menteri Pertahanan AS Robert McNamara. Dunia berada di ambang perang ketika kedua negara bersiap-siap untuk saling serang.

Namun, Khrushchev akhirnya mengirimkan pesan kepada Kennedy pada 26 Oktober, menawarkan untuk membongkar pangkalan rudal di Kuba dengan syarat AS berjanji untuk tidak menginvasi Kuba. Namun, ketegangan meningkat lagi ketika pesawat U-2 Amerika secara tidak sengaja melanggar wilayah udara Soviet, dan satu pesawat lainnya ditembak jatuh di atas Kuba, menewaskan pilotnya.

Pada 28 Oktober, Khrushchev akhirnya mengumumkan bahwa Uni Soviet akan membongkar rudal-rudalnya di Kuba dan mengirimkannya kembali ke negaranya. Sebagai gantinya, AS secara diam-diam sepakat untuk menarik rudal Jupiter dari Turki beberapa bulan setelah krisis mereda, meskipun kesepakatan ini tidak diumumkan secara terbuka pada saat itu.

Dengan kedua pihak mencapai kesepakatan, blokade laut yang diterapkan oleh Amerika Serikat dihentikan pada 21 November 1962, dan rudal-rudal Soviet pun ditarik dari Kuba. Krisis Rudal Kuba berakhir tanpa adanya konflik militer langsung, namun ketegangan antara kedua negara tetap berlanjut selama sisa Perang Dingin. Peristiwa ini juga mendorong kedua negara untuk membangun jalur komunikasi langsung, yang dikenal sebagai “hotline”, antara Washington dan Moskow, guna mencegah terjadinya kesalahpahaman serupa di masa depan. (ersuwa)

Tonton Juga :  Kisah Anne Bonny, Bajak Laut Wanita yang Melegenda
zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: