NAIROBI | Priangan.com – Seorang pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan antara polisi dan demonstran di Kenya pada Selasa (16/7), meningkatkan ketegangan dalam gelombang protes yang menuntut Presiden William Ruto untuk mengundurkan diri.
Reuters melaporkan bahwa polisi berhadapan dengan demonstran di berbagai daerah, termasuk Kitengela di pinggiran selatan Nairobi, di mana kekerasan terjadi saat polisi menanggapi protes dengan tembakan dan gas air mata.
Demonstrasi ini dipicu oleh usulan kenaikan pajak yang kontroversial, yang meskipun sudah dicabut oleh Ruto, tidak menghentikan gelombang protes yang menggema di seluruh negeri.
Para pengunjuk rasa, yang terdiri dari pemuda dan aktivis, menuntut tidak hanya pengunduran diri Ruto tetapi juga reformasi sistemik untuk memerangi korupsi yang meluas dan memperbaiki tata kelola yang buruk di Kenya.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Kenya (KNCHR) melaporkan bahwa setidaknya 50 orang telah tewas dalam protes tersebut hingga saat ini, dengan ratusan lainnya terluka atau ditangkap oleh keamanan.
Di Nairobi, Nakuru, dan daerah lainnya, polisi melaporkan menggunakan kekerasan untuk membubarkan pengunjuk rasa, sementara para aktivis mengeluhkan tindakan represif yang mereka anggap sebagai upaya untuk menekan suara mereka.
“Peluncuran gas air mata oleh polisi hari ini membuat situasi semakin berbahaya,” kata Njeri Wa Migwi, seorang aktivis di Nairobi.
“Kami ingin demonstrasi ini damai, tapi respon polisi membuatnya jadi sulit.”
Kantor Presiden Ruto belum memberikan tanggapan resmi terhadap kekerasan ini, meskipun sejumlah besar aktivis yang terlibat dalam protes telah menolak untuk berpartisipasi dalam pembicaraan “multi-sektoral” yang diusulkan oleh pemerintah.
Protes ini menandai krisis politik terbesar selama dua tahun pemerintahan Ruto, yang terjebak antara tekanan untuk memotong defisit anggaran dan tuntutan masyarakat akan peningkatan kesejahteraan dan penurunan biaya hidup yang tinggi. IMF, yang telah menjadi sasaran kemarahan demonstran, menyatakan bahwa tujuan pinjamannya adalah untuk membantu Kenya menghadapi tantangan ekonomi dengan memperbaiki kondisi sosial ekonomi rakyatnya.
Ketegangan ini memuncak dalam serangan verbal Ruto terhadap Yayasan Ford, sebuah organisasi filantropi Amerika, yang dituduhnya mendanai pihak yang menciptakan kekerasan di Kenya. Ford Foundation menyangkal tuduhan tersebut, menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam sponsor atau pendanaan untuk protes di negara itu.
Pemerintah Kenya, sementara itu, menghadapi tantangan besar untuk menenangkan situasi yang semakin memanas, sambil menjaga stabilitas politik dan ekonomi yang rapuh di negara ini. (mth)