TASIKMALAYA | Priangan.com – Menyikapi kasus dugaan keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang menimpa sejumlah pelajar di Kecamatan Rajapolah, Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya akan memberikan pendampingan psikologis dan trauma healing bagi anak-anak terdampak beserta orang tuanya.
Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rianto, mengatakan bahwa insiden ini tidak hanya berdampak secara fisik, tetapi juga meninggalkan potensi trauma psikologis, terutama bagi anak-anak yang mengalami langsung kejadian tersebut.
“Kami akan berfokus pada pemulihan psikis anak-anak. Trauma healing sangat penting agar mereka tidak takut lagi mengonsumsi makanan dari program MBG atau kembali ke lingkungan sekolah,” ujar Ato, Jumat (2/5/2025).
Menurutnya, selain menangani aspek medis, penting juga untuk memastikan pemulihan emosional korban. Oleh karena itu, KPAID akan berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan, pihak sekolah, dan tenaga profesional di bidang psikologi anak.
“Setiap anak mengalami reaksi berbeda. Ada yang hanya mengalami gejala ringan seperti mual atau pusing, tapi ada juga yang merasa cemas, takut, bahkan enggan menyentuh makanan tertentu,” tambahnya.
Ato juga menekankan pentingnya edukasi kepada orang tua agar mereka dapat mendampingi anak-anak secara emosional di rumah. Dalam beberapa kasus, ia menyebut trauma pada anak justru semakin parah karena tekanan dari lingkungan atau informasi yang simpang siur, termasuk di media sosial.
“Perlu kerja sama semua pihak untuk memastikan bahwa dampak psikologis dari kejadian ini tidak berlarut-larut. Jangan sampai anak-anak merasa takut setiap kali mengikuti program makan bergizi,” ucapnya.
Sementara itu, proses investigasi terkait penyebab pasti keracunan masih dilakukan oleh instansi terkait. Ato meminta masyarakat untuk tidak berspekulasi dan menunggu hasil laboratorium resmi agar persoalan ini bisa diselesaikan secara objektif.
Diketahui, dalam peristiwa ini sebanyak 400 pelajar mengalami gejala keracunan, delapan di antaranya dalam tahap observasi, dan satu siswa sempat dirujuk ke rumah sakit. (yna)