GARUT | Priangan.com – Hujan deras yang mengguyur wilayah Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Sabtu (28/6/2025) sore, mengakibatkan Sungai Cimanuk kembali meluap dan merendam permukiman warga di Kampung Cimacan, Desa Haurpanggung. Puluhan rumah terendam air bercampur lumpur, memaksa warga mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Hingga Minggu pagi (29/6/2025), para warga terdampak belum bisa kembali ke rumah masing-masing karena kondisi lingkungan yang masih dipenuhi lumpur tebal. Mereka kini bertahan di masjid setempat dan rumah warga lain yang tidak terdampak banjir.
Salah satu warga terdampak, Dedeh (60), mengaku belum menerima bantuan apapun sejak pagi. Ia bersama sejumlah warga lainnya hanya bisa duduk beralaskan karpet masjid sambil menunggu bantuan datang. Rumahnya yang berada di dataran lebih rendah dari jalan utama, kini dipenuhi lumpur setinggi mata kaki.
“Dari pagi belum ada bantuan masuk. Kami di sini hanya mengandalkan apa yang ada. Rumah tidak bisa ditempati karena semua terendam lumpur, peralatan dapur rusak, baju-baju basah semua,” ucap Dedeh dengan nada lirih.
Dedeh berharap ada respons cepat dari pemerintah daerah, terutama dalam bentuk bantuan makanan siap saji, air bersih, serta kebutuhan dasar seperti selimut dan peralatan tidur.
Hal senada disampaikan oleh Nia Kurniawa, warga RT 02 RW 13, yang juga terdampak banjir. Ia menyebut, sekitar 20 kepala keluarga saat ini terpaksa mengungsi karena rumah mereka tidak mungkin ditinggali dalam keadaan penuh lumpur.
“Kami terpaksa pindah ke masjid dan sebagian ke rumah warga yang tidak terdampak. Semua kebutuhan mendasar kami belum terpenuhi sejak semalam. Tidak ada kasur, tidak ada selimut, bahkan tidak ada makanan,” ujar Nia.
Menurut Nia, kondisi ini bisa memburuk jika tidak ada tindakan cepat dari pihak berwenang. Ia menekankan bahwa warga sangat membutuhkan bantuan mendesak berupa peralatan memasak, logistik makanan, serta alat-alat kebersihan.
“Kalau terus dibiarkan, bisa berpengaruh ke kesehatan warga. Apalagi banyak anak-anak dan lansia yang ikut mengungsi. Tidur hanya beralaskan lantai masjid,” imbuhnya.
Belum Terlihatnya Respons Pemerintah
Pantauan di lapangan menunjukkan belum ada aktivitas distribusi bantuan dari instansi terkait. Jalan utama menuju Kampung Cimacan masih dipenuhi sisa lumpur, menyulitkan akses kendaraan. Warga bergotong royong membersihkan sisa-sisa banjir secara mandiri dengan alat seadanya.
Sejumlah tokoh masyarakat menyayangkan lambatnya tanggapan pemerintah daerah terhadap kondisi darurat ini. Padahal, Cimacan merupakan wilayah langganan banjir setiap kali Sungai Cimanuk meluap akibat curah hujan tinggi.
“Bencana seperti ini bukan kali pertama. Seharusnya sudah ada sistem penanganan cepat. Jangan sampai warga hanya diberi janji tapi tak kunjung dibantu,” ucap seorang tokoh warga yang enggan disebut namanya.
Situasi ini menimbulkan keprihatinan mendalam dari warga setempat. Mereka berharap Pemerintah Kabupaten Garut segera bergerak memberikan bantuan darurat sekaligus menetapkan langkah pemulihan pascabencana.
“Kami tidak minta yang mewah, hanya ingin bisa bertahan dan memberi makan anak-anak. Kalau tidak ada kasur, setidaknya ada tikar, kalau belum bisa dapur umum, setidaknya ada nasi bungkus,” ujar Nia.
Warga juga meminta BPBD Garut segera melakukan pembersihan sisa lumpur dan mendata kerusakan agar bantuan bisa tepat sasaran.
Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari pihak Pemkab Garut mengenai rencana penyaluran bantuan ke Kampung Cimacan. Warga pun hanya bisa berharap, esok akan ada kabar baik yang datang bersama langkah nyata dari pemerintah. (Az)