GARUT | Priangan.com – Pemerintah Kabupaten Garut menegaskan komitmennya dalam memperkuat sektor pertanian melalui kolaborasi lintas pemerintahan, menyusul suksesnya panen raya jagung di Kecamatan Limbangan.
Panen raya ini dianggap sebagai momentum strategis untuk mendorong peningkatan kesejahteraan petani dan mempercepat modernisasi sektor pertanian daerah.
Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, yang hadir bersama Wakil Bupati Putri Karlina, menyampaikan apresiasi terhadap dukungan yang telah diberikan Pemerintah Pusat, Kementerian Pertanian, dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Terima kasih atas perhatian yang terus mengalir bagi pertanian Garut. Ini jadi dorongan penting untuk meningkatkan pendapatan petani secara berkelanjutan,” ujar Syakur saat memberi sambutan, Kamis (17/4/2025).
Syakur menekankan perlunya dukungan tambahan, khususnya pada tahap pascapanen. Ia menyampaikan langsung kepada Gubernur Jawa Barat agar alat pengolahan pascapanen bisa segera dilengkapi, sehingga hasil pertanian memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
“Kalau petani hanya panen tanpa pengolahan lanjutan, nilai ekonominya masih terbatas. Kita butuh fasilitas pascapanen agar hasil jagung lebih berdaya jual,” tambahnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Haeruman, mengungkapkan bahwa panen raya ini mencakup 2.500 hektar lahan, tersebar di sembilan desa, dengan Desa Pangeureunan sebagai kontributor terbesar yakni 1.200 hektar. Menurut data statistik, luas tanam jagung di Kabupaten Garut mencapai 56.832 hektar, menghasilkan 400.000–500.000 ton per tahun.
“Garut menyumbang hingga 50 persen produksi jagung Jawa Barat. Komoditas ini jelas sangat prospektif dan memiliki peran besar bagi industri pakan ternak,” ungkap Haeruman.
Haeruman juga menambahkan, kerja sama dengan Bulog dilakukan untuk menjamin kepastian harga bagi petani. Harga beli jagung ditetapkan Rp5.500 per kilogram, dengan standar kadar air maksimal 14 persen.
Sebagai langkah lanjutan, Dinas Pertanian akan mendorong pola tumpang sari antara jagung dengan tanaman tahunan seperti kopi dan kayu-kayuan. Strategi ini dinilai mampu menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan pendapatan petani.
“Saat tanaman kopi belum menghasilkan, petani sudah bisa panen jagung. Ini strategi bertani yang adaptif dan menguntungkan,” pungkasnya. (Az)