POLANDIA | Priangan.com – Pada tanggal 1 September 1939, invasi Jerman ke Polandia menandai dimulainya Perang Dunia II. Kapal perang Jerman Schleswig-Holstein melepaskan tembakan ke depot militer Polandia di Westerplatte, mengawali serangan besar-besaran pada saat itu.
Serangan ini didorong oleh ambisi ekspansionis Hitler yang percaya bahwa Jerman membutuhkan Lebensraum atau “ruang hidup” lebih banyak.
Setelah berhasil mencaplok Austria dan Cekoslowakia tanpa perlawanan berarti, Hitler menargetkan Polandia sebagai sasaran berikutnya. Untuk menghindari perang dua front, Jerman menandatangani Pakta Molotov-Ribbentrop dengan Uni Soviet pada 23 Agustus 1939, yang secara rahasia membagi Polandia antara kedua negara.
Dengan dukungan logistik dari Perjanjian tersebut, Jerman melancarkan serangan kilat yang dikenal sebagai Blitzkrieg, menggabungkan kekuatan tank dan pesawat untuk memecah pertahanan Polandia.
Meski Polandia memiliki angkatan bersenjata yang besar, mereka tidak mampu menandingi kecepatan dan kekuatan serangan Jerman. Banyak kota dan desa, termasuk Warsawa, mengalami pengeboman besar-besaran.
Pada 17 September 1939, Uni Soviet juga menyerang Polandia dari timur, melengkapi pembagian negara tersebut. Meskipun ada perlawanan yang gagah berani, termasuk dari brigade kavaleri Polandia, negara itu akhirnya dikuasai oleh kekuatan gabungan Jerman dan Soviet.
Invasi ini tidak hanya menandai dimulainya Perang Dunia II, tetapi juga membawa bencana besar bagi rakyat Polandia, termasuk kekejaman yang dilakukan oleh Jerman dan Soviet. Meskipun Polandia tidak secara resmi menyerah, akhir dari Republik Polandia Kedua menjadi kenyataan dengan berakhirnya Kampanye September pada awal Oktober 1939.
Setelah invasi, wilayah Polandia dibagi antara Jerman dan Uni Soviet sesuai dengan perjanjian dalam Pakta Molotov-Ribbentrop. Jerman menguasai bagian barat, sementara Uni Soviet mengambil alih wilayah timur. Di wilayah yang dikuasai Jerman, kebijakan penindasan dan kekejaman segera diterapkan. Ribuan orang Yahudi dan etnis minoritas lainnya diburu, diinternir, atau dibunuh dalam upaya awal yang kelak dikenal sebagai Holocaust.
Uni Soviet, di sisi lain, melanjutkan kampanye penindasan mereka sendiri. Ribuan perwira militer, intelektual, dan pemimpin masyarakat Polandia ditangkap dan dibunuh dalam pembantaian Katyn pada tahun 1940. Selain itu, ratusan ribu orang Polandia dideportasi ke kamp-kamp kerja paksa di Siberia dan bagian lain Uni Soviet.
Invasi Jerman ke Polandia juga memicu reaksi internasional. Pada 3 September 1939, Inggris dan Prancis, yang sebelumnya menjamin kedaulatan Polandia, mendeklarasikan perang terhadap Jerman.
Namun, upaya mereka untuk membantu Polandia terbatas dan tidak efektif. Inggris dan Prancis, yang terikat oleh strategi militer defensif, tidak mampu melancarkan serangan signifikan yang bisa meringankan beban Polandia.
Meskipun kampanye militer Polandia berakhir dengan kekalahan, semangat perlawanan tidak padam. Pemerintahan Polandia di pengasingan didirikan, dan banyak tentara Polandia berhasil melarikan diri ke negara-negara sekutu untuk terus berjuang melawan Jerman dan Uni Soviet.
Selain itu, gerakan bawah tanah yang kuat, termasuk Armia Krajowa (Tentara Dalam Negeri), melakukan perlawanan terus-menerus di dalam negeri, berusaha menggoyahkan pendudukan asing.
Invasi ini menjadi awal dari serangkaian peristiwa yang secara mendalam mengubah sejarah Eropa dan dunia. Selain memulai Perang Dunia II, invasi ini juga memperlihatkan kerapuhan sistem keamanan kolektif dan kegagalan diplomasi internasional pada waktu itu. Kengerian yang ditimbulkan oleh pendudukan dan kekejaman yang terjadi di Polandia menjadi cerminan dari kengerian yang akan menyebar ke seluruh dunia selama enam tahun berikutnya. (mth)