MALUKU | Priangan.com – Indonesia pernah dijajah oleh sejumlah negara, di antaranya adalah Belanda dan Jepang. Dari dua negara tersebut, Belanda menjadi negara yang paling lama mencengkram tanah air. Selama melewati masa-masa pendudukan, ada banyak tokoh-tokoh perjuangan yang tumbuh di negeri ini.
Soekarno, misalnya. Ia boleh dibilang sebagai salah satu tokoh sentral. Tapi di balik sosok Bapak Proklamator itu, masih banyak tokoh lain yang juga punya kontribusi tak kalah besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya tokoh yang satu ini. ia adalah Johannes Latuharhary.
Johannes, sapaan akrabnya, merupakan tokoh perjuangan asal tanah Maluku. Ia memang tak pandai dalam urusan mengangkat senjata dan berperang melawan para penjajah. Johannes, memanfaatkan sisi kecerdasannya untuk melawan mereka. Ia menggunakan gagasan dan tulisan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Johannes lahir di Saparua, Maluku, pada 6 Juli 1900. Sejak kecil, ia dikenal sebagai sosok yang cerdas. Tak ayal kalau Johannes berhasil melanjutkan pendidikan ke sejumlah sekolah bergengsi, termasuk Koning Willem III di Jakarta dan Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1923.
Selama menimba ilmu di Leiden, Johannes memperdalam hukum adat di bawah bimbingan Prof. Dr. Van Vollenhoven dan berhasil meraih gelar Meester in de Rechten pada 1927. Sejak lulus, ia pun kembali ke tanah air.
Sekembalinya dari Leiden, Johannes kemudian bekerja di Raad van Justitie di Surabaya. Itu dilakoninya sampai tahun 1929. Semangatnya yang begitu besar untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa, membawanya ke dalam organisasi Serikat Ambon. Lewat organisasi ini, ia banyak menyuarakan gagasan-gagasan progresif yang sudah dipelajarinya di negeri kincir angin.
Di tengah perjalanan, Johannes merasa berada dalam posisi bimbang. Pada satu sisi ia harus bekerja di pemerintah belanda, di satu sisi ia juga aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tak ingin lebih lama dilema, Johannes pun kemudian memutuskan untuk keluar dari Raad van Justice dan beralih profesi sebagai seorang advokat.
Selama berkarier di bidang ini, ada banyak keberpihakan yang ia tunjukan kepada kalangan pribumi. Johannes kerap membantu rakyat kecil yang tertindas. Salah satunya para petani. Tak jarang, Johannes membantu mereka yang kala itu banyak dirugikan oleh perusahaan-perusahaan besar.
Berkat keaktifannya dalam membantu kalangan pribumi, tak jarang ia menjadi target penangkapan para penjajah. Salah satunya terjadi ketika masa pendudukan Jepang dulu. Johannes tercara pernah ditangkap dan dipenjara. Namun itu tak menyurutkan semangatnya untuk membela kalangan kecil. Johannes tetap melanjutkan perjuangannya untuk bangsa pribumi.
Kiprah Johanes dalam urusan perjuangan, semakin menonjol ketika ia diangkat menjadi salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, ia memainkan peran penting dalam merumuskan dasar negara, terutama dalam menekankan kerukunan beragama sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, Johannes kemudian diangkat sebagai Gubernur Maluku pertama, tepatnya pada 19 Agustus 1945. Tugas berat menantinya kala itu, ia harus membangun pemerintahan yang stabil hingga menghadapi ancaman agresi militer Belanda II. Tak hanua itu, dedikasi lain yang diberikan Johannes juga terlihat dalam perundingan Perjanjian Renville tahun 1948, di mana ia menjadi bagian dari delegasi yang memperjuangkan kedaulatan Indonesia. (ersuwa)