TASIKMALAYA | Priangan.com – Ada banyak kisah sejarah yang pernah terjadi di Tasik. Selain soal pertempuran KH. Zaenal Musthafa, Tasikmalaya juga punya kisah sejarah lain yang tak kalah menarik. Salah satunya soal pertempuran di Karangresik.
Dahulu, tepatnya pada tanggal 10 Agustus 1947, sebuah jembatan di wilayah Karangresik yang menjadi penghubung antara Kota Tasikmalaya dengan Ciamis itu menjadi saksi bisu pertempuran epik antara Divisi Siliwangi melawan Tentara Belanda yang berniat menduduki Tasikmalaya.
Semua itu dimulai sekitar awal Agustus 1947, ketika Belanda mengerahkan pasukan besar dari arah Ciamis dengan tujuan menguasai Tasikmalaya. Konvoi besar ini terdiri dari batalyon tempur bersenjata lengkap, termasuk kendaraan lapis baja.
Saat pasukan Belanda tiba di mulut jembatan Karangresik, mereka terkejut ketika melihat jembatan yang akan mereka lalui ternyata telah dihancurkan oleh pasukan Siliwangi dengan dibantu warga sekitar. Penghancuran jembatan itu merupakan strategi untuk memperlambat laju pasukan musuh, sehingga memberi waktu bagi pasukan Siliwangi untuk mengatur posisi pertahanan di seberang jembatan.
Walhasil, dengan penghancuran jembatan, Pasukan Siliwangi yang dipimpin oleh Kapten Kodongan dan unit Detasemen II Garuda itu pun mampu mempersiapkan diri di posisi strategis, di sisi sebelah selatan jembatan. Mereka kemudian bersembunyi di balik bukit-bukit dan batuan yang terlindungi oleh vegetasi sekitar.
Kala itu, Pasukan Siliwangi yang sejak lama sudah bersiaga, langsung membuka serangan. Hal ini berhasil bikin pasukan Belanda kocar-kacir. Mereka terpaksa mundur ke arah Sindangkasih.
Namun sayang, kemenangan sementara itu tak bertahan lama. Keesokan harinya, Belanda melakukan aksi balasan dengan kekuatan yang lebih besar. Kali ini, mereka mengerahkan dua pesawat tempur jenis Mustang untuk menggempur posisi pasukan Siliwangi di sekitar Karangresik. Gempuran udara itu berhasil menyebabkan pasukan Siliwangi harus mundur.
Kekalahan tersebut berdampak besar bagi Tasikmalaya. Pada tanggal 10 Agustus 1947, Belanda berhasil menduduki Tasikmalaya dan memaksa Gubernur Jawa Barat, Sewaka, yang sebelumnya bersembunyi di pelosok Tasikmalaya, untuk mengungsi lebih jauh ke selatan.
Kini, sisa-sisa pertempuran bersejarah itu masih ada. Sisa bagian fondasi jembatan yang pernah dibom oleh pasukan Siliwangi masih berdiri kokoh di atas sungai. Sementara lokasi sekitar yang pernah dijadikan medan pertempuran, kini telah dijadikan sebagai objek wisata yang dikenal dengan nama Taman Karangresik. (ersuwa)