Historia

Kisah Perjuangan itu Disebut Perlawanan Silungkang

Tambang batubara di Ombilin, 1890 – 1905. | Koleksi online Tropen Museum

SUMBAR | Priangan.com – Nagari Silungkang, Sumatra Barat, menjadi saksi bisu atas peristiwa bersejarah yang terjadi pada malam pergantian tahun 1927. Kala itu, sebuah pemberontakan yang melibatkan ratusan warga lokal melawan kolonial Belanda berlangsung sengit. Latar belakang perlawanan ini tidak terlepas dari ketimpangan sosial dan eksploitasi ekonomi yang melanda wilayah tersebut, terutama akibat tambang batubara Ombilin di Sawahlunto.

Pemberontakan ini didasari oleh rasa frustrasi masyarakat terhadap kebijakan kolonial yang memperburuk kondisi hidup mereka. Organisasi Syarikat Rakyat (SR) Silungkang, yang punya keterkaitan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), kala itu berperan sebagai penggerak utama perlawanan.

Sejak November 1926, para aktivis sudah mulai menyusun strategi untuk melawan kekuasaan kolonial. Beberapa rencana yang disusun itu adalah peledakan bom di Sikalang serta penyerangan terhadap penjara di Sawahlunto untuk membebaskan tokoh-tokoh perlawanan yang ditahan.

Namun, belum juga direalisasikan, rencana tersebut malah keburu tercium oleh pihak Belanda. Mereka kemudian meningkatkan pengamanan di beberapa kawasan strategis. Sejumlah pemimpin perlawanan berhasil ditangkap, sementara yang lain melarikan diri dan merancang ulang strategi.

Penundaan pemberontakan hingga akhir tahun memberi waktu bagi para pejuang untuk memperkuat jaringan dan mempersiapkan logistik. Bantuan senjata mereka peroleh dari berbagai sumber, termasuk seorang saudagar lokal yang membeli pistol dari pedagang Eropa.

Pada malam 31 Desember 1926, sekitar 400 orang berkumpul di rumah salah seorang tokoh lokal bernama Muhammad Yusuf gelar Sampono Kayo. Dengan bersenjatakan pisau, pistol, dan granat, mereka kemudian melancarkan aksi. Selendang merah digunakan sebagai tanda pengenal. Sasaran utama pemberontakan meliputi kantor pemerintah, tambang, penjara di Sawahlunto, pos polisi, dan rumah tokoh masyarakat yang dianggap bersekutu dengan Belanda.

Tonton Juga :  Kuli dalam Denyut Pariwisata Garut di Masa Kolonial

Aksi dimulai dengan penyerangan terhadap Kepala Nagari Silungkang. Setelah itu, mereka kemudian membakar rumah-rumah pendukung pemerintah kolonial, termasuk fasilitas stasiun kereta api setempat. Namun, upaya merebut Sawahlunto gagal karena pasukan kolonial berhasil mempertahankan posisi mereka. Pertempuran sengit juga terjadi di Muaro Kalaban dan Padang Sibusuk, tetapi akhirnya pasukan Belanda berhasil memadamkan perlawanan.

Dalam pemberontakan ini, korban jiwa jatuh di kedua belah pihak. Sebanyak 21 orang pejuang tercatat gugur, sementara dari pihak Belanda ada 7 ornag yang tewas. Selain itu, lebih dari 1.300 orang ditangkap, dan banyak di antaranya yang kemudian diasingkan ke berbagai tempat.

Meski gagal mencapai tujuan utama, pemberontakan Silungkang menjadi simbol keberanian rakyat Sumatra Barat dalam melawan penindasan kolonial. Peristiwa ini jadi cerminan kalau masyarakat Indonesia kala itu sudah banyak berjuang untukmelawan ketidakadilan. Sampai saat ini, kisah perlawanan Silungkang masih tetap dikenang dan menjadi kisah yang banyak diceritakan secara turun temurrun. (ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: