JAKARTA | Priangan.com – Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah sebuah partai politik besar yang pernah mewarnai perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Partai yang satu ini punya banyak catatan kelam di mata masyarakat Indonesia. Pentolan-pentolan PKI seperti D. N. Aidit menjadi simbol pergerakan politik kiri yang sempat berpengaruh besar pada masa Demokrasi Terpimpin di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno.
Di partai yang penuh dinamika itu, bukan hanya nama D. N. Aidit saja yang berkontribusi dalam jalannya roda organisasi PKI. Ada pula nama Lukman Njoto. Dia adalah salah satu tokoh penting yang duduk di lingkaran utama kepemimpinan partai, bersama Aidit dan M. H. Lukman. Nama Njoto mungkin tidak sepopuler Aidit, namun perannya di tubuh PKI pada dekade 1950–1960-an tidak dapat diabaikan.
Lahir pada 17 Januari 1927, Njoto tumbuh di tengah situasi sosial politik yang penuh perubahan setelah masa penjajahan. Sejak muda, ia dikenal sebagai sosok yang gemar membaca dan kritis terhadap keadaan sosial di sekitarnya. Kecenderungannya pada pemikiran kiri mulai terlihat ketika ia menelaah karya-karya Karl Marx dan Lenin. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, Njoto mulai aktif dalam gerakan politik yang berorientasi pada ideologi komunis.
Pada awal 1950-an, PKI mengalami perombakan besar. Generasi muda yang terdiri atas D. N. Aidit, M. H. Lukman, dan Njoto mengambil alih kepemimpinan partai. Langkah ini mengubah PKI dari kelompok kecil menjadi organisasi massa dengan pengaruh luas di berbagai lapisan masyarakat. Melalui strategi yang terencana dan terarah, mereka berhasil menjadikan PKI sebagai salah satu partai terbesar di dunia di luar blok negara komunis.
Kecerdasan politik dan kemampuan orasinya membuat Njoto dipercaya memegang peran penting dalam penyusunan kebijakan partai. Selain aktif di bidang ideologi, ia juga dikenal sebagai penghubung antara PKI dan pemerintahan Soekarno. Hubungan antara keduanya terjalin erat, terutama ketika Soekarno menerapkan konsep Nasakom sebagai dasar politik nasional.
Kedekatan itu semakin erat ketika pada 2 September 1964. Pada saat itu, Njoto diangkat sebagai Menteri Negara dalam kabinet Presiden Soekarno. Namun masa itu pula yang menjadi titik genting dalam perjalanan hidupnya. Situasi politik semakin tegang menjelang peristiwa 30 September 1965, saat muncul gerakan yang diklaim sebagai usaha pengambilalihan kekuasaan oleh kelompok militer yang kemudian menuduh PKI sebagai dalangnya.
Setelah peristiwa itu, PKI menjadi sasaran utama pembersihan politik. Banyak kader dan simpatisan partai ditangkap, diasingkan, atau dibunuh tanpa proses pengadilan. Njoto, sebagai salah satu pimpinan tertinggi PKI, ikut menjadi target operasi. Berbagai sumber menyebut ia sempat bersembunyi setelah kejadian 30 September 1965, namun kemudian ditangkap. Riwayatnya setelah itu tidak pernah jelas. Sejumlah laporan menyebut Njoto dieksekusi pada Desember 1965 di sekitar wilayah Jakarta, namun lokasi dan tanggal pastinya tidak pernah terverifikasi. (wrd)