Historia

Kisah Belanda Hitam, Pasukan Kolonial yang Terdiri dari Orang-orang Afrika

Sejak masa penjajahan, para pasukan Belanda Hitam ini sudah ditempatkan di Hindia Belanda | Arsip Nasional RI

JAKARTA | Priangan.com – Ada satu kisah menarik di balik masa penjajahan kolonial Belanda. Itu adalah keberadaan tentara Belanda Hitam atau dikenal sebagai Zwarte Nederlander. Mereka adalah sekelompok orang Afrika berkulit hitam yang sengaja direkrut sebagai tentara untuk kemudian ditempatkan di tanah jajahan Belanda, termasuk Indonesia.

Bila ditilik perjalanannya, proses perekrutan itu dimulai pada tahun 1830 lalu, ketika Belanda mencari tentara baru dari Afrika Barat, khususnya dari wilayah yang kini dikenal sebagai Ghana dan Burkina Faso. Sebagian besar proses ini terjadi di wilayah Gold Coast, di mana Belanda menjalin kerja sama dengan penguasa lokal, Raja Ashanti, untuk mendapatkan budak yang kemudian akan dijadikan sebagai tentara dengan imbalan f 100,- per orang.

Setelah direkrut, para tentara Belanda Hitam ini kemudian dikirim ke Indonesia. Mereka ditugaskan di Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL), sebuah angkatan bersenjata kolonial Belanda yang dikenal kejam dalam mengamankan kekuasaan kolonial di berbagai wilayah. Mereka rata-rata diikat dengan kontrak selama kurang lebih 12 tahun dan ditempatkan ke berbagai wilayah, seperti Jawa Tengah.

Selain itu, para prajurit ini juga sempat diikutsertakan dalam berbagai ekspedisi militer, termasuk di Sumatra, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Timor. Namun, peran terbesar mereka adalah dalam Perang Aceh yang berlangsung dari 1873 hingga 1893. Keberanian mereka dalam pertempuran mengukuhkan posisinya sebagai bagian penting dari pasukan KNIL.

Salah satu sosok yang paling menonjol dari kelompok Belanda Hitam ini adalah Pangeran Kwasi Boakye, seorang bangsawan dari Ashanti yang dibawa ke Belanda sebagai bagian dari perjanjian diplomatik. Meski ia berhasil menyelesaikan pendidikan di Delft dan meraih gelar insinyur, Boakye tak terhindar dari diskriminasi rasial yang melanda masyarakat Eropa pada masa itu.

Tonton Juga :  Catherine the Great, Putri Jerman yang Jadi Ratu Revolusioner Rusia Pada Masanya

Hidup mereka di Hindia Belanda tidak hanya berurusan dengan perang. Di Purworejo, misalnya, mereka juga membangun keluarga dan berbaur dengan penduduk setempat. Para tentara Afrika ini hidup bersama dengan nyai-nyai mereka hingga mempunyai keturunan yang kemudian menjadi bagian dari komunitas Indo-Afrika. Tak sedikit dari anak laki-laki mereka kemudian mengikuti jejak sang ayah dan bergabung dengan KNIL.

Hingga Indonesia meraih kemerdekaannya, atau tepat pada tahun 1950, semua keluarga Indo-Afrika yang masih tersisa kemudian dipindahkan ke Belanda. Meski begitu, jejak keberadaan mereka di Indonesia masih ada hingga saat ini dan menjadi bagian dari sejarah pembentukan NKRI. (ldy)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: