Daily News

Kimberly Cheatle Mundur Sebagai Direktur Dinas Rahasia AS Setelah Upaya Pembunuhan Donald Trump

Kimberly Cheatle | RT.com

WASHINGTON | Priangan.com – Kimberly Cheatle telah mengajukan pengunduran diri dari posisinya sebagai Direktur Dinas Rahasia AS, Selasa 23 Juli 2024. hal ini menyusul peristiwa penembakan yang terjadi saat calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, di Butler, Pennsylvania pada 13 Juli lalu.

Cheatle, yang sebelumnya menolak untuk mengundurkan diri setelah insiden tersebut, akhirnya memutuskan untuk mundur setelah mendapatkan tekanan dari berbagai pihak.

Dalam peristiwa yang terjadi, seorang penembak, Thomas Crooks, berhasil memposisikan dirinya di atap gedung dengan pandangan jelas ke arah tempat Trump berbicara. Crooks menembaki kerumunan, menewaskan satu orang dan melukai dua orang lainnya sebelum akhirnya dilumpuhkan oleh penembak jitu dari Secret Service. Keterlambatan respons keamanan menjadi sorotan utama, terutama karena area yang diakses Crooks tidak dijaga ketat.

Cheatle, dalam pernyataannya kepada Komite Pengawas DPR pada Senin (22/7), mengakui bahwa insiden tersebut adalah “kegagalan operasional paling signifikan di Secret Service dalam beberapa dekade.”

Meskipun Cheatle mengklaim bertanggung jawab penuh atas kelalaian tersebut, ia tetap berpendapat bahwa dia adalah “orang terbaik” untuk memimpin Secret Service saat itu.

Namun, tekanan dari kedua belah pihak di Kongres, baik Republik maupun Demokrat, mengkritik Cheatle karena dinilai menyembunyikan informasi dan gagal bertanggung jawab. Pada Selasa pagi (23/7), Cheatle mengirimkan email kepada staf agensi, menyatakan keputusannya untuk mengundurkan diri dengan alasan beratnya kejadian baru-baru ini.

Presiden Joe Biden mengonfirmasi pengunduran diri Cheatle dan mengucapkan terima kasih atas pengabdiannya kepada negara. Biden juga menyatakan bahwa penunjukan direktur baru akan segera dilakukan.

Cheatle menghadapi desakan untuk mundur segera setelah insiden tersebut. Dalam wawancara dengan ABC News, Cheatle menjelaskan ketidakhadiran agen Secret Service di atap sebagai akibat dari kekhawatiran keamanan terkait kemiringan atap yang dianggap berbahaya. Namun, rincian baru menunjukkan bahwa pengamanan pada saat itu sebagian besar dilakukan oleh personel Keamanan Dalam Negeri dan agen sementara dari Secret Service, bukan oleh agen tetap.

Tonton Juga :  Tujuh Cara Cegah Stroke, Penyakit Paling Mematikan di Indonesia

FBI kini tengah melakukan penyelidikan kriminal atas upaya pembunuhan tersebut. Selain itu, Departemen Keamanan Dalam Negeri telah membuka tiga penyelidikan internal mengenai kelalaian keamanan, dan Kongres juga tengah mempertimbangkan penyelidikan lebih lanjut terkait insiden di Butler. (mth)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: