MINSK | Priangan.com – Kekejaman Nazi selama Perang Dunia II sudah bukan rahasia lagi. Ada banyak kisah mengerikan tentang tindakan brutal yang dilakukan oleh pasukan Jerman terhadap warga sipil tak berdosa.
Salah satu tragedi yang mencatatkan Nazi dalam sejarah kelam adalah pembantaian yang terjadi di desa Khatyn, Belarus, pada 22 Maret 1943 lalu. Kejadian tragis ini bermula ketika sekelompok partisan yang tengah bersembunyi di desa Khatyn menyerang pasukan Nazi dan berhasil membunuh beberapa anggota Batalyon Schutzmannschaft 118, termasuk seorang atlet Jerman, Hans Woellke.
Walhasil, hal ini membuat Nazi berang. Mereka kemudian melancarkan aksi balasan. Batalyon Schutzmannschaft 118 menyerbu desa Khatyn. Ironisnya, ketika pasukan Nazi tiba, kelompok partisan sudah terlebih dahulu pergi meninggalkan desa. Walhasil, para penduduk desa-lah yang jadi sasaran mereka.
Para penduduk desa yang sebagian besar terdiri dari perempuan, anak-anak, dan orang tua, dipaksa berkumpul di sebuah gudang besar. Tanpa ampun, pasukan Nazi menumpahkan bensin ke sekitar gudang lalu membakarnya. Ketika api mulai melalap, atap gudang runtuh, beberapa korban berusaha melarikan diri, namun itu tak membuat mereka selamat. Para korban yang berhasil keluar gedung, dihujani peluru senjata mesin oleh pasukan Nazi.
Tercatat, dari 149 orang yang ada di desa itu, hanya enam orang yang berhasil selamat, di mana lima di antaranya adalah anak-anak.
Selain karena memang sebagai bentuk balas dendam terhadap kelompok partisan, pembantaian ini seniri memang bagian dari kebijakan genosida yang dilakukan Nazi di seluruh Eropa, tak terkecuali Belarus.
Selama periode 1941 hingga 1944, ribuan desa di Belarus dihancurkan dengan cara yang sama. Penduduknya dibantai atau dipaksa menjadi budak, sementara desa-desa tersebut dibakar habis hingga tak ada yang tersisa.
Hari ini, bekas desa Khatyn menjadi tempat peringatan. Pada tahun 1969, sebuah kompleks memorial dibangun di lokasi tragedi untuk mengenang lebih dari tiga juta orang Belarus yang tewas selama Perang Dunia II. Di tengah-tengah kompleks, sebuah patung perunggu besar sosok seorang pria yang menggendong anaknya berdiri sebagai penghormatan kepada mereka yang tewas.
Di sekitar memorial ini juga terdapat berbagai simbol, seperti lonceng yang berbunyi setiap jam, serta kuburan simbolis yang berisi tanah dari lebih 180 desa yang dihancurkan oleh Nazi. Salah satu tempat yang sangat fenomenal adalah Tembok Kesedihan, yang mencantumkan nama lebih dari 260 kamp kematian dan tempat pemusnahan massal lainnya. (Ersuwa)