Historia

Ketika Wanita Mengisi Lini Perang: Kisah Pabrik Amunisi dan Gadis Kenari

Pekerja amunisi perempuan sedang memilah produk di sebuah pabrik, Maret 1918. | Imperial War Museum.

GRETNA | Priangan.com – Peran wanita dalam Perang Dunia I dan II sangat signifikan. Ketika para pria berangkat ke medan perang, wanita mengambil alih berbagai pekerjaan di pabrik dan layanan lainnya. Salah satu tugas penting mereka adalah memastikan pasokan amunisi yang memadai bagi prajurit di garis depan.

Bekerja di pabrik amunisi bukanlah tugas yang aman. Pakaian berbahan nilon dan sutra dilarang karena dapat menghasilkan listrik statis yang memicu percikan api, berpotensi menyebabkan ledakan.

Sebelum memasuki area kerja para pekerja wanita harus melepas semua benda dan aksesoris yang mengandung logam, seperti jepit rambut. Setiap hari, mereka menjalani pemeriksaan ketat demi keselamatan.

Kecelakaan akibat bahan peledak sering terjadi. Setidaknya ada tiga ledakan besar yang tercatat selama periode ini, menewaskan lebih dari tiga ratus pekerja dan melukai ratusan lainnya.

Selain risiko ledakan, bahaya lain yang mengintai adalah paparan bahan kimia beracun secara terus-menerus yang dapat menyebabkan dampak kesehatan jangka panjang.

Banyak perempuan bekerja dengan bahan berbahaya seperti trinitrotoluena (TNT) dan kordit, yang digunakan dalam pembuatan bahan peledak dan propelan peluru. Pembuatan bahan ini melibatkan zat korosif seperti asam sulfat dan asam nitrat. Asap dari zat-zat ini membuat kulit dan rambut mereka menguning, sehingga dijuluki “gadis kenari”.

Paparan jangka panjang terhadap TNT sangat berbahaya karena bersifat racun bagi hati dan bisa menyebabkan anemia serta penyakit kuning. Selama Perang Dunia Pertama, tercatat sekitar 400 kasus penyakit kuning toksik di kalangan pekerja amunisi, dengan 100 kasus berakibat fatal. Bahkan, beberapa wanita melahirkan bayi berkulit kuning terang yang dikenal sebagai “Bayi Kenari”.

HM Factory di Gretna, Skotlandia, adalah salah satu pabrik amunisi terbesar yang mempekerjakan sekitar 12.000 perempuan. Para pekerja di sana harus mencampur pasta kordit secara manual dengan tangan kosong.

Tonton Juga :  Georg Elser, Tukang Kayu yang Hampir Bunuh Hitler

Campuran berbahaya ini bahkan dijuluki “Bubur Setan” oleh Sir Arthur Conan Doyle, penulis seri Sherlock Holmes, ketika ia mengunjungi pabrik tersebut pada Desember 1916. Doyle sangat terkesan dengan keberanian para wanita yang bekerja di sana meski menyadari bahwa sedikit kesalahan saja bisa mengakibatkan ledakan dahsyat.

Pada awal Perang Dunia Pertama, Inggris mengalami kesulitan dalam memproduksi senjata dan amunisi yang cukup bagi angkatan bersenjatanya. Kondisi ini memuncak pada Krisis Amunisi 1915, yang memicu dikeluarkannya Munitions of War Act 1915.

Undang-undang ini memberi wewenang penuh kepada Kementerian Amunisi yang baru dibentuk untuk mengendalikan produksi amunisi. Perusahaan-perusahaan swasta yang sebelumnya memasok amunisi ditempatkan di bawah pengawasan ketat pemerintah.

Peraturan baru ini menetapkan pengendalian terhadap upah, jam kerja, serta kondisi kerja para pekerja. Pemogokan dilarang, dan para pekerja dilarang meninggalkan pekerjaan tanpa izin.

Kebijakan ini juga mewajibkan pabrik-pabrik untuk mempekerjakan perempuan karena banyaknya pria yang bertugas di medan perang. Pada akhir perang, lebih dari empat ribu pabrik amunisi berada di bawah kendali pemerintah Inggris, mempekerjakan hampir satu juta wanita.

Kini, sejarah pengorbanan para wanita ini dikenang dalam The Devil’s Porridge Museum di dekat Gretna. Museum ini didirikan untuk menghormati jasa para pekerja perempuan dan menampilkan cerita tentang keberanian mereka selama masa perang. Melalui museum ini, generasi masa kini dapat mengenang serta menghargai peran besar yang dimainkan oleh para wanita dalam upaya perang.

Perjuangan dan pengorbanan para pekerja wanita ini menunjukkan betapa pentingnya peran mereka dalam mendukung kemenangan dan mempertahankan ketahanan nasional selama Perang Dunia. Keberanian mereka akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah. (LSA)

Tonton Juga :  Menara Pisa; Kesalahan Konstruksi yang Jadi Daya Tarik Wisata
zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: