Historia

Ketika Lautan Tak Mengenal Gender, Dua Perempuan Tangguh di Era Keemasan Bajak Laut

Ilustrasi Anne Bonny dan Mary Read. | Getty Images

KARIBIA | Priangan.com – Di antara riuhnya sejarah bajak laut yang dipenuhi nama-nama besar dan penuh kekerasan, terselip dua sosok wanita yang tak kalah luar biasa. Bukan karena mereka memiliki armada terbesar atau harta paling banyak, tapi karena keberadaan mereka saja sudah menantang tatanan zaman.

Anne Bonny dan Mary Read bukanlah nama-nama yang menduduki peringkat kapten ternama.

Berbeda dari bajak laut wanita fiksi yang hanya hidup dalam cerita, keduanya benar-benar menempuh jalan hidup yang menantang norma dan ekspektasi zaman mereka. Dalam dunia yang keras dan didominasi laki-laki, Bonny dan Read membuktikan bahwa keberanian, keterampilan, dan semangat petualangan bukan milik satu jenis kelamin saja.

Keduanya berasal dari latar belakang keluarga yang tidak harmonis, dan sejak kecil tumbuh dalam bayang-bayang kebohongan. Kehidupan masa lalu yang penuh kepura-puraan justru membentuk mereka menjadi pribadi yang tangguh, berani, dan tidak mudah tunduk pada aturan sosial yang mengekang.

Sebelum menjadi bajak laut, Mary sempat bergabung dalam militer. Ia menyamar sebagai prajurit laki-laki dalam resimen infanteri dan dikenal cekatan serta pemberani. Ia bahkan pernah menang dalam duel melawan bajak laut lain.

Sementara itu, Anne Bonny digambarkan sebagai sosok keras kepala, kuat, dan berani. Dalam satu kisah yang diceritakan Kapten Charles Johnson, ia pernah memukuli pria yang mencoba memperkosanya hingga trauma dalam waktu lama.

Keduanya memiliki reputasi sebagai petarung ulung. Mereka tidak hanya setara tetapi kadang lebih tangguh dibanding rekan-rekan prianya.

Kehidupan bajak laut mereka dimulai ketika Anne, yang sudah menikah dan tinggal di Karibia, jatuh cinta pada seorang kapten bajak laut asal Inggris bernama Calico Jack Rackham. Ia meninggalkan kehidupan lamanya dan bergabung dengan kru bajak laut Rackham.

Tonton Juga :  Maria Ulfah Santoso, Perempuan Pertama Dengan Langkah yang Menggetarkan Negara

Mary sendiri awalnya dipaksa ikut kru bajak laut setelah ditangkap. Namun, ia akhirnya memilih tetap tinggal bahkan setelah diberi pengampunan. Ia kemudian bergabung dengan ekspedisi anti-bajak laut.

Ekspedisi itu justru berakhir dengan pemberontakan. Para mantan bajak laut, yang semula ditugaskan untuk menangkap sesama bajak laut, kembali ke gaya hidup lama mereka, yaitu membajak kapal dagang dan hidup di luar hukum.

Mary termasuk yang aktif mendorong rekan-rekannya untuk meninggalkan misi resmi dan kembali menjadi bajak laut.

Kisah kebersamaan Bonny dan Read dimulai ketika mereka bertemu di kapal Rackham. Keduanya masih menyamar sebagai laki-laki.

Bonny merasa tertarik pada Read dan mengungkapkan identitasnya. Ternyata Read juga seorang wanita. Sejak saat itu, keduanya menjadi sahabat dekat di kapal.

Meskipun jenis kelamin mereka akhirnya diketahui oleh beberapa orang, termasuk Calico Jack, tampaknya hal itu tidak menjadi rahasia besar. Beberapa tawanan kapal bersaksi bahwa mereka tahu Bonny dan Read adalah perempuan dari bentuk tubuh mereka.

Meski berpakaian seperti pria, mereka bertarung seperti bajak laut sejati. Dalam pertempuran, mereka dikenal kejam dan tak kenal ampun. Mereka bersenjata pedang dan pistol, dan tidak segan menggunakan kekerasan.

Pada tahun 1720, petualangan mereka mencapai titik akhir. Kapal mereka disergap oleh Kapten Jonathan Barnet di lepas pantai Jamaika.

Dalam baku tembak, sebagian besar kru Rackham menyerah dan bersembunyi di bawah geladak. Namun, Bonny dan Read tetap berdiri di geladak dan melawan.

Mereka mencemooh para pria yang pengecut. Mary bahkan menembakkan senjata ke ruang bawah kapal dan membunuh salah satu dari mereka.

Dalam penjara, Anne Bonny dikabarkan berkata kepada Rackham, “Jika kau bertarung seperti pria sejati, kau tidak akan digantung seperti anjing”. Kutipan ini menjadi salah satu yang paling terkenal dalam sejarah bajak laut.

Tonton Juga :  Sejarah Konferensi Meja Bundar, Titik Balik Kedaulatan Indonesia

Keduanya akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Namun, mereka lolos dari tiang gantungan karena menyatakan sedang mengandung.

Pemeriksaan medis membenarkan klaim tersebut dan eksekusi mereka ditunda. Mary Read meninggal di penjara tak lama kemudian, kemungkinan akibat demam atau komplikasi saat melahirkan.

Nasib Anne Bonny setelah itu tidak diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan ia dibebaskan karena ayahnya yang berpengaruh. Ada pula yang percaya ia menikah lagi dan hidup damai di Port Royal atau Nassau.

Warisan Bonny dan Read terus hidup. Mereka bukan hanya kisah nyata dua wanita yang menembus dunia bajak laut, tapi juga simbol pembebasan dari batasan gender.

Kisah mereka menjadi inspirasi dalam berbagai karya sastra dan film. Bahkan tokoh-tokoh bajak laut wanita dalam film modern tak lepas dari pengaruh legenda keduanya.

Dalam dunia di mana perempuan jarang diberi ruang untuk berpetualang, kisah Anne Bonny dan Mary Read menjadi pengingat bahwa keberanian dan semangat bebas tak pernah mengenal jenis kelamin. (LSA)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: