TASIKMALAYA | Priangan.com – Aksi penolakan kenaikan harga BBM bersubsidi di Kota Tasikmalaya sudah beberapakali terjadi. Namun, aksi yang dilakukan oleh Aliansi BEM Tasikmalaya kali ini ada yang unik.
Hal itu terjadi saat Wakil Ketua DPRD beserta jajaran lainnya justru dipimpin rapat oleh para mahasiswa. Kejadian ini terjadi pada Kamis, 29 September 2022, kemarin.
Awalnya, para mahasiswa melakukan orasi dan aksi membakar ban di depan Gedung DPRD Kota Tasikmalaya. Namun, setelah beberapa saat, mereka mulai meradang lantaran permintaannya untuk menghadirkan seluruh jajaran DPRD tak bisa terpenuhi.
Walhasil, mereka pun mencoba untuk menembus barikade aparat kepolisian yang berjaga di gerbang utama. Praktis, aksi saling dorong tak terhindarkan.
Meski beberapakali gagal menembus barikade, para mahasiswa terus mencoba. Hingga akhirnya, setelah kesekian kalinya, barikade aparat kepolisian yang dibantu oleh TNI dan sejumlah petugas dari Satpol PP Kota Tasikmalaya ini pun jebol.
Mahasiswa berhasil masuk dan menguasai halaman Gedung DPRD. Namun, lagi-lagi mereka kembali dihadang oleh para petugas saat hendak naik ke dalam Ruang Rapat Paripurna. Kali ini, giliran petugas berseragam lengkap yang berjaga.
Para mahasiswa tak patah semangat, mereka kembali melakukan pembakaran ban sembari terus berorasi. Hingga akhirnya, sejumlah pihak dari DPRD hadir dan membuat kesepakatan untuk melakukan audiensi di ruang rapat Paripurna.
Di sinilah aksi unik itu terjadi. Jajaran DPRD yang diwakili oleh Wakil Ketua, Mamat Rahmat, beserta sejumlah jajaran lainnya, diminta pindah kursi oleh para mahasiswa.
Mamat yang semula duduk di kursi yang biasa dipakai oleh pimpinan, ditempatkan di kursi anggota. Sedangkan para mahasiswa, menduduki kursi ketua yang berada tepat di depan kursi anggota DPRD.
Mereka sempat melakukan aksi tanya jawab bersama sejumlah jajaran DPRD tersebut, namun, lantaran jawaban yang diberikan dinilai kurang memuaskan, mereka pun mengusir para Wakil Rakyat tersebut sembari menyorakinya.
Koordinator Pusat Aliansi BEM Tasikmalaya, Rendi Rizky Sutisna, menyebutkan, mereka sengaja melakukan hal itu sebagi bentuk kudeta para mahasiswa lantaran menilai DPRD Kota Tasikmalaya tidak bisa menyerap aspirasi rakyat.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Tasikmalaya, Mamat Rahmat, mengaku sudah menyampaikan semua aspirasi sejak kali pertama para mahasiswa menggelar aksi.
Namun, menurutnya daerah tidak bisa berbuat banyak karena sebagian besar kewenangan ada di tangan Pemerintah Pusat.